Temuan peneilitian menunjukkan bahwa pemantauan online dapat menjadi cara lain untuk menggunakan kontrol koersif dalam sebuah hubungan.
Mengingat bahwa stalkerware adalah perangkat lunak yang tersedia secara komersial yang tersembunyi di perangkat dan menyediakan akses ke berbagai data pribadi, tidak mengherankan bahwa itu juga dapat berfungsi untuk tujuan lain seperti alat kekerasan dalam sebuah hubungan.
"Saya mendesak bagi siapa pun yang mengalami penguntitan, baik dalam kehidupan nyata atau melalui perangkat lunak pemantauan tertentu dan merasa berada dalam bahaya atau tidak aman untuk melawan pelaku kekerasan tersebut."
"Misalnya dengan cara menghubungi organisasi kekerasan dalam rumah tangga untuk mendapatkan saran dan dukungan," kata Karen Bentley, Chief Executive Officer, Wesnet, organisasi payung nasional Australia untuk layanan kekerasan dalam rumah tangga, Wesnet.
Menindaklanjuti kriteria deteksi dari Coalition Against Stalkerware terhadap penggunaan stalkerware, Kaspersky menganalisis statistik yang mengungkapkan berapa banyak penggunanya yang terpengaruh oleh stalkerware dalam 10 bulan pertama tahun ini.
Dari Januari hingga Oktober 2021, hampir 28.000 pengguna seluler terpengaruh oleh ancaman ini.
Selama periode yang sama, ada lebih dari 3.100 kasus di UE dan lebih dari 2.300 pengguna di Amerika Utara yang terpengaruh. Selama periode yang sama, sebanyak 305 pengguna yang dihadapkan dengan stalkerware di Indonesia.
Menurut angka Kaspersky, Rusia, Brasil, dan Amerika Serikat (AS) menjadi tiga negara teratas dalam pengguna yang dihadapkan dengan stalkerware secara global sejauh ini. Dan Indonesia menempati peringkat ke-18 tahun ini di secara global.
Baca Juga: 8 Pasangan Bukan Suami Istri Terjaring Razia di Makassar