Suara.com - Kita mungkin tidak selalu menyadarinya, tapi sikap dan perilaku kita biasanya menyesuaikan dengan siapa kita berhadapan. Saat bersama teman atau kenalan, kita umumnya akan bersikap sopan, serta berperilaku dengan baik. Sementara, di depan keluarga atau orang-orang yang sudah sangat kita kenal, kita akan cenderung bersikap apa adanya.
Ada penelitian ilmiah yang menjelaskan mekanisme tersembunyi, yang pada dasarnya mengendalikan apa yang kita lakukan dan katakan. Penelitian selama 3 dekade oleh profesor psikologi Deborah South Richardson, kita dapat mengetahui mengapa perilaku kita bervariasi tergantung pada orang-orang di sekitar kita, dan apa yang mendorong perubahan tersebut.
Simak ulasannya di bawah ini, seperti melansir dari Bright Side.
1. Kita berpikir hubungan keluarga jauh lebih kuat daripada hubungan lainnya
Kita menghabiskan sebagian besar waktu dengan orang lain di luar rumah, mulai dari kenalan, teman kantor, atau bahkan orang asing. Kita sering kali harus memasang wajah bahagia di luar rumah dan berperilaku sopan, hanya karena kita ingin terlihat baik dan berbudaya di depan orang lain. Tetapi ketika kita pulang ke rumah atau ketika kita bersama orang-orang yang dekat dengan kita, sikap kita langsung mengendur.
Baca Juga: Dampak Perkembangan Online Shop terhadap Perilaku Konsumtif Masyarakat
Kita merasa lebih nyaman menjadi diri sendiri bersama orang-orang terdekat. Dan menjadi diri sendiri berarti menunjukkan setiap sisi karakter kita, termasuk sisi buruknya.
Sebuah penelitian menegaskan bahwa kita cenderung secara tidak sadar melepaskan kemarahan kita terhadap orang-orang yang kita rasa paling dekat, karena kita percaya bahwa hubungan kita dengan mereka cukup kuat untuk menanggungnya. Semakin dekat kita dengan seseorang, dan semakin banyak kepercayaan yang kita bangun, semakin kita merasa nyaman dan dapat menunjukkan sisi terburuk kita.
2. Kita merasa kurang aman untuk menjadi diri sendiri di sekitar orang baru
Ketika bertemu orang baru, kita tidak benar-benar menunjukkan jati diri asli. Mereka tidak bisa melihat versi kita yang sebenarnya, sampai kita mencapai titik di mana kita mengembangkan hubungan yang lebih dalam dengan mereka.
Bahkan jika ada sesuatu yang mengganggu kita tentang mereka, kita tidak akan mempermasalahkannya karena kita tidak bisa bersikap santai dengan orang itu, dan kita tidak tahu bagaimana mereka akan merespons.
Hal yang sama tidak berlaku untuk orang-orang terdekat kita. Sebaliknya, ketika orang yang kita cintai melakukan sesuatu yang kita rasa menjengkelkan, kita merasa lebih nyaman untuk membicarakannya.
Faktanya, karena kita merasa sangat dekat dengan anggota keluarga, kita cenderung terbuka tentang hal-hal yang tidak kita sukai dari mereka. Dengan mereka, kami telah mengembangkan semacam hubungan yang kita tahu tidak akan mengubah apapun meski kita saling berteriak atau berkelahi satu sama lain.
Baca Juga: Apakah Kamu Sudah Menjadi Pendengar yang Baik? Simak 5 Tandanya!
3. Kita tidak menoleransi kualitas negatif dari orang-orang yang paling sering menghabiskan waktu bersama kita
Kita tidak bisa tiba-tiba membenci karakter tertentu dari sahabat atau keluarga. Bahkan, jika memang ada sesuatu yang tidak sukai, yang terjadi adalah kita menoleransi hal-hal tersebut sejak awal. Semakin banyak waktu yang kita habiskan dengan seseorang, semakin kita menoleransi terhadap kebiasaan negatif mereka.
Hal ini tidak terjadi dengan orang asing, karena kita tidak menghabiskan cukup waktu lama dengan mereka untuk mengembangkan toleransi ini. Bahkan jika ada sesuatu yang mengganggu tentang mereka, kita tidak mengatakannya karena tahu bahwa kita tidak perlu menghabiskan cukup waktu dengan mereka untuk menghadapi itu.
Bagaimana, apakah Anda pernah memperlakukan orang lain dengan lebih baik daripada sahabat atau keluarga Anda? (Maria Mery Cristin)