5 Fakta Tentang Hujan Es, Berbeda dengan Salju

Senin, 29 November 2021 | 11:30 WIB
5 Fakta Tentang Hujan Es, Berbeda dengan Salju
Hujan es di Bandung. [Twitter]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sebagai negara tropis, sebagian besar wilayah di Indonesia tidak pernah dihujani salju. Kecuali di pegunungan Jayawijaya, Papua, yang menjadi satu-satunya wilayah bersalju di Indonesia. 

Meski tidak ada salju, beberapa wilayah di Indonesia terkadang mengalami hujan es yang biasanya terjadi saat masa transisi atau pancaroba musim, baik pergantian dari musim kemarau ke musim hujan ataupun sebaliknya. 

Beberapa negara lain juga pernah terjadi hujan es tersebut. Dikutip dari Ruang Guru, berikut lima fakta mengenai hujan es.

1. Terjadi akibat kondensasi uap air yang sangat dingin

Baca Juga: Nikita Mirzani Bakal Laporkan Ustaz Dasad Hingga Bupati Cianjur Tertawakan Lesti Kejora

Guru SMP N 4 Wanayasa, Kabupaten Banjarnegara Zen Taufikurrochman menunjukkan butiran es setelah terjadinya hujan es pada Rabu siang (15/9/2021). [Antara]
Guru SMP N 4 Wanayasa, Kabupaten Banjarnegara Zen Taufikurrochman menunjukkan butiran es setelah terjadinya hujan es pada Rabu siang (15/9/2021). [Antara]

Fenonema hujan es (hail) terjadi akibat presipitasi (turunnya hujan) yang terdiri dari bola-bola es dengan diameter antara 5-50 mm atau lebih. Salah satu proses pembentukannya melalui kondensasi uap air yang sangat dingin di atmosfer pada lapisan di atas titik beku (freezing level). 

Awan yang tinggi puncaknya melebihi titik beku itu akan memiliki bagian atas yang suhunya lebih rendah dari nol derajat Celcius. Sehingga awan tersebut mempunyai peluang sangat besar memproduksi es.

Pada masa pancaroba biasanya akan terjadi pembentukan awan secara konvektif, di mana massa udara basah terangkat dan membentuk awan yang puncaknya melebihi freezing level, sehingga terjadilah proses pengintian es. 

Maka, bagian atas awan tersebut banyak mengandung es. Saat sudah cukup waktunya untuk hujan, maka butiran atau bahkan gumpalan es juga ikut jatuh ke permukaan bumi. Walaupun es telah turun ke arah yang lebih rendah dengan suhu yang relatif hangat, tidak semuanya dapat mencair karena ukurannya yang agak besar.

2. Bisa menimbulkan korban jiwa

Baca Juga: Hujan Es Guyur Bogor, Ciampea Terendam Banjir

Hujan es dapat turun dalam berbagai macam ukuran. Jika ukurannya sangat besar dan disertai dengan angin kencang, fenomena hujan es ini dapat menimbulkan korban jiwa. 

Hal itu pernah terjadi di India pada 30 April 1888. Saat itu, badai hujan es menghancurkan kota pertanian Morabadad hingga menewaskan sekitar 230 orang dan banyak hewan ternak. 

Badai hujan es itu disebut jauh lebih hebat dari biasanya dan menjadi legenda di India sebagai badai terhebat. Tidak hanya hujan es saja, badai juga disertai dengan angin kencang yang menggulingkan banyak bangunan dan rumah di daerah tersebut.

Walaupun badai terjadi pada siang hari, badai membawa awan yang sangat gelap dan tebal. Sehingga orang-orang menyebutkan suasana seperti malam hari. Belum ada sistem peringatan yang baik pada saat itu, sehingga banyak petani yang tetap bekerja di ladang saat badai mulai terjadi. 

Sebagian besar korban meninggal seketika saat hujan es turun dan menghantam mereka.

3. Es terbesar berdiameter hingga 20 cm

Rekor terbesar dari bongkahan es yang pernah jatuh ke bumi ditemukan di Vivian, Dakota Selatan, Amerika Serikat pada 23 Juli 2010. Saat itu, badai petir bersama dengan hujan es dan tornado dilaporkan terjadi di wilayah Dakota Selatan. 

Diameter es itu mencapai sekitar 20 cm, yang berhasil mengalahkan rekor ukuran hujan es di Amerika Serikat sebelumnya yang berukuran 18 cm. Ukuran es telah menyusut jauh dibandingkan dengan saat pertama kali jatuh karena diukur setelah beberapa saat es menghantam tanah. Jadi, ukuran sebenarnya pasti jauh lebih besar.

4. Berdampak paling besar pada lahan pertanian

Dampak terbesar dari turunnya hujan es di suatu daerah terjadi pada lahan pertanian. Hujan yang turun dalam bentuk butiran-butiran kristal, secara fisik dapat langsung merusak semua bagian tanaman seperti daun, ranting, atau lainnya. Jika hujan es menghantam lahan pertanian tanaman pangan, peluang untuk terjadinya gagal panen juga mungkin terjadi.

5. Telah bisa dideteksi

Alat pendeteksi cuaca yang memiliki informasi tentang kondisi atmosfer telah mampu mengetahui jika ada badai yang disertai dengan hujan es akan datang. Peristiwa itu juga biasanya terjadi dalam waktu singkat dan jarang terjadi hujan es susulan di daerah yang sama. 

Ciri-ciri akan datangnya hujan es dan angin puting beliung bisa terjadi beberapa jam sebelum kejadian. Seperti udara di tempat yang akan turun hujan es terasa lebih panas.

Meskipun sebagian besar es yang turun berukuran kecil, sebaiknya segera berlindung ke dalam ruangan saat peristiwa terjadi. Jika ada es yang berukuran besar, kemungkinan dapat merusak mobil, bangunan, juga tanaman.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI