Suara.com - Materi terkait Revolusi Tiongkok kerap dibahas dalam mata pelajaran sejarah. Revolusi sendiri berarti suatu perubahan sosial dan kebudayaan yang terjadi dalam waktu yang cepat.
Setelah Amerika Serikat, kini Tiongkok juga dianggap sebagai salah satu negara berpengaruh di dunia.
Hal ini tidak luput dari terjadinya Revolusi Tiongkok yang menjadi cikal bakal keberhasilan China menjadi negara besar dunia seperti saat ini.
Penyebab terjadinya Revolusi Tiongkok
Baca Juga: Foto Perempuan Bermata Sipit dengan Produk Dior Picu Polemik di China
1. Perang Opium I dan II
Mengutip Ruang Guru, Senin (29/11/2021) kedatangan bangsa-bangsa Barat mulanya diawali dengan perdagangan. Jika Indonesia terkenal dengan komoditi rempah, maka Tiongkok terkenal dengan opium.
Opium adalah tanaman obat, bumbu dapur, kerap jadi bahan baku narkotika. Komoditas ini dipilih karena mendatangkan keuntungan yang besar bagi Inggris.
Sebetulnya, mengonsumsi bahan ini telah dilarang oleh Kaisar karena menimbulkan dampak yang buruk. Meski begitu, pihak Inggris tetap memaksa untuk memperjualbelikan komoditas ini.
Akibat larangan tersebut, Inggris memberi perlawanan dengan mengirim armada Angkatan Laut dan berhasil menguasai kota pelabuhan Hongkong, Kanton, Xiamen, Ningbo, Fuzhou, dan Shanghai.
Tiongkok-pun terpaksa mengakui keunggulan Inggris dengan menandatangani Perjanjian Nanking pada 1842.
Baca Juga: 5 Aktris China Keturunan Uighur Bikin Kesengsem, Cantik dan Bertalenta!
Tidak sampai di situ, pada 1856-1860 terjadi Perang Opium II antara Dinasti Qing dengan Inggris, Amerika Serikat, dan Perancis.
Penyebabnya karena bangsa barat berambisi untuk memperluas wilayah kekuasaan ke Tiongkok. Penyebab lainnya adalah karena Tiongkok menghentikan kapal The Arrow milik Inggris.
Untuk mengakhiri perang, munculah perjanjian Treaty of Nanjing pada Juni 1858.
2. Invasi Jepang
Tiongkok dan Jepang pernah berperang selama 1894-1895. Perang ini disebabkan karena Pemberontakan Donghak.
Perlu jadi catatan, pemberontakan ini terjadi di Korea, bukan Tiongkok.
Pemberontakan dilakukan oleh petani-petani Korea yang marah dan pengikut agama Donghak, suatu agama panteisme yang dipandang sebagai ideologi politik.
Mereka marah karena dibuat hukum palsu bagi mereka untuk membangun waduk, padahal tujuannya hanya untuk mendapatkan pajak.
Akhirnya, para petani mengamuk dan pemerintah Korea yang ketakutan meminta bantuan pada Dinasti Qing (Tiongkok).
Setelah Tiongkok mengirimkan bantuan, Jepang marah karena posisi Jepang saat itu sedang menguasai Semenanjung Korea.
Tiongkok dianggap tidak menghormati Jepang karena mengirim bantuan untuk Korea tanpa meminta izin Jepang.
Akhirnya perang tidak bisa dihindari. Tiongkok mengalami kekalahan dalam perang ini dan harus menandatangani Perjanjian Shimonoseki pada 19 Maret 1895.
Akibatnya, Tiongkok harus menyerahkan Pulau Formosa (Taiwan) kepada Jepang.
Masuknya paham-paham baru seperti nasionalisme dan liberalisme memunculkan kaum terpelajar. Salah satunya adalah dr. Sun Yat-Sen (1866-1925).
Penyebab revolusi dari internal Tiongkok
Tiongkok harus menghadapi perlawanan dari dalam, yaitu rakyatnya sendiri. Di antaranya adalah:
- Pemberontakan Taiping (1850-1864), merupakan perang saudara di Tiongkok yang berlangsung dari tahun 1850 hingga 1864.
Terjadi antara Dinasti Qing yang dipimpin oleh suku Manchu dan gerakan milenarianisme Kristen dari Kerajaan Surgawi Perdamaian.
- Pemberontakan Nian (1853-1868), merupakan pemberontakan senjata. Meski gagal menjatuhkan Dinasti Qing, pemberontakan ini menyebabkan kekacauan dalam berbagai aspek.
- Pemberontakan Panthay (1855-1873), adalah gerakan separatis yang terdiri dari suku Hui dan Muslim Tiongkok yang menentang Dinasti Qing di Yunnan Barat Daya. Gerakan ini muncul sebagai bagian dari gelombang ketidakpuasan etnis.
- Gerakan Boxer (1900-1901), merupakan pemberontakan terhadap kekuasaan asing di sektor perdagangan, politik, agama, dan teknologi.
Boxer memulai aksinya sebagai gerakan antiasing, antiimperialis, dan merupakan pergerakan berdasarkan petani di Tiongkok utara.
Mereka menyerang orang asing yang membangun jalur kereta api dan melanggar Feng Shui, dan juga orang Kristen yang dianggap bertanggung jawab untuk dominasi asing di Tiongkok.
Proses terjadinya revolusi Tiongkok
Proses Revolusi Tiongkok terjadi pada 11 Oktober 1911 dipimpin oleh dr. Sun Yat-Sen dan berhasil meruntuhkan Dinasti Qing.
Revolusi ini terjadi sebab rakyat kecewa dengan kepemimpinan Dinasti Qing, seperti kekalahan perang atas bangsa Barat, ketidakcakapan kaisar-kaisar dalam memimpin, serta penderitaan rakyat yang semakin berat menyebabkan revolusi tak terhindarkan lagi.
Pada 1 Januari 1912, dr. Sun Yat-Sen diangkat sebagai presiden dan Republik Tiongkok dianggap mulai berdiri pada tanggal tersebut. dr. Sun Yat-Sen mengundurkan diri dan mendirikan partai Kuo Min Tang lalu digantikan oleh Yuan Shih Kai pada 12 Februari 1912.
Masa pemerintahan Yuan Shih Kai tak berlangsung lama karena tahun 1916 ia meninggal dunia.
Pemerintah kembali dipimpin oleh dr. Sun Yat-Sen, namun hanya sampai tahun 1924. Kedudukannya digantikan Chiang Kai Shek dan berhasil mempersatukan Tiongkok bagian utara dan selatan.
Sayangnya, masa pemerintahannya harus menghadapi perlawanan dari Mao Zedong yang berpaham komunis.
Mao Zedong berhasil memenangkan perlawanan sehingga pada 1949 ia mendirikan Republik Rakyat Tiongkok yang berpaham komunis sedangkan Chiang Kai Shek mendirikan negara Taiwan. Akibatnya, paham komunis semakin berkembang, terutama di Asia.