Chelsea Islan dan Atlet Defia Rosmaniar Kampanyekan Anti Kekerasan Terhadap Perempuan

Vania Rossa Suara.Com
Kamis, 25 November 2021 | 19:40 WIB
Chelsea Islan dan Atlet Defia Rosmaniar Kampanyekan Anti Kekerasan Terhadap Perempuan
Chelsea Islan Kampanyekan Anti Kekerasan Terhadap Perempuan. (Dok. UNDP)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Hari ini, 25 November 2021, seluruh dunia termasuk Indonesia, meluncurkan kampanye 16 Hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan. Chelsea Islan selaku SDG Mover UNDP Indonesia bersama atlet Taekwondo Defia Rosmaniar mengajak generasi muda untuk lebih peduli terhadap kasus kekerasan terhadap perempuan, serta menjadi whistleblower untuk menghentikan bentuk kekerasan.

Seruan dilakukan bersamaan dengan dimulainya kampanye 16 Hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan.

Dalam video kampanye 16 Hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan di YouTube UNDP Indonesia, Chelsea berujar, “Kasus kekerasan terhadap perempuan merupakan bentuk lain dari pandemi yang sudah seharusnya menjadi perhatian kita, terutama generasi muda.”

“Diam bukan pilihan karena diam adalah pengkhianatan,” jelas Chelsea dan Defia Rosmaniar, yang meraih medali emas untuk cabang Taekwondo di perhelatan olahraga Asian Games 2018.

Baca Juga: Sebut Kasus Kekerasan Perempuan Capai 90 Persen, Nadiem: Laki-laki juga jadi Korban

Dalam siaran pers UNDP yang diterima Suara.com, disebutkan bahwa sepanjang tahun 2020 saja, terdapat hampir 300.000 kasus kekerasan yang tercatat di Indonesia. Selama masa pandemi Covid-19, kasus kekerasan pun berada pada titik kritis, terutama kekerasan di ranah domestik.

Chelsea dan Defia juga mengajak seluruh komponen masyarakat untuk terlibat aktif dalam melindungi dan menciptakan rasa aman bagi perempuan, dan juga anak perempuan, baik di ruang publik ataupun di ranah domestik.

UNDP Indonesia melalui Project RESTORE sepanjang pandemi berlangsung, telah mendukung pihak-pihak yang terkait dalam lingkaran pelaporan dan penanganan kasus kekerasan terhadap perempuan.

Secara nasional, UNDP Indonesia bekerjasama dengan pihak kepolisan, Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A), dan beberapa rumah sakit rujukan dalam memperbaiki prosedur pelaporan dan penanganan kasus yang semakin terintegrasi dan berpihak pada pelapor dan korban.

Sepanjang 2021, pembenahan dalam alur penanganan kasus yang lebih inklusif terhadap penyandang disabilitas juga berhasil diimplementasikan.

Baca Juga: Sebelum Rob Clinton, 3 Pria Ini Pernah Dekat dengan Chelsea Islan

Di provinsi DKI Jakarta, UNDP Indonesia membantu penguatan lembaga rujukan yang menangani kasus kekerasan terhadap perempuan, salah satunya melalui jalur pelaporan Pos SAPA (Sahabat Perempuan dan Anak).

Pos SAPA merupakan perpanjangan dari Dinas Pemberdayaan Perlindungan Anak dan Pengendalian Penduduk (DPPAPP) DKI Jakarta dan P2TP2A. Pos SAPA telah terintegrasi dengan fasilitas publik seperti fasilitas transportasi di TransJakarta dan MRT, di fasilitas pendidikan tinggi yaitu universitas dan fasilitas komunitas di RPTRA.

Melalui integrasi ini, masyarakat bisa lebih merasa aman dengan adanya sistem pelaporan yang cepat tanggap ketika kekerasan terjadi di ranah publik maupun di privat.

Jika kamu melihat atau mengalami kekerasan, hubungi nomor kontak 081317617622/Jakarta Siaga 112 (DKI Jakarta), atau Call Center SAPA (Sahabat Perempuan dan Anak) 129 / Whatsapp 0811112129 (Nasional).

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI