Suara.com - Ekonomi digital seringkali digadang-gadang sebagai penopang pendapatan Indonesia. Namun, komisaris Bukalapak Bambang Brodjonegoro mengatakan, pertumbuhan ekonomi digital yang pesat tidak diimbangi dengan sumber daya di sektor ekonomi digital.
Bambang, mengungkapkan tiap tahun Indonesia kekurangan SDM di sektor ekonomi digital sebanyak 600 ribu orang.
“Pemerintah harus mencari cara untuk bisa mengatasi kesenjangan SDM di sektor ekonomi digital ini. Salah satunya bisa mengajak kerja sama dengan perusahaan digital dan juga perusahaan rintisan untuk mencari cara tercepat mengatasi kekurangan SDM di ekonomi digital,” kata Bambang dalam keterangannya, Rabu, (24/11/2021).
Bambang menambahkan, pada 2030 diperkirakan kebutuhan SDM di ekonomi digital mencapai 17 juta orang. Ini mulai terlihat dengan semakin banyaknya pekerjaan yang terkait dengan teknologi informasi.
Baca Juga: Hadir di Surabaya, Komunitas Tokko Semesta Ingin Dorong Ribuan UMKM Lokal Makin Berdaya
Ia mengatakan Bambang, ada lima pekerjaan yang sekarang banyak diminati dan terkait dengan kemampuan teknologi informasi yaitu back end developer, front end developer, android developer, full stack developer dan data scientist.
Bambang menambahkan, salah satu penyebab kurangnya sumber daya manusia yang mumpuni di bidang teknologi informasi adalah kurikulum yang tidak update, banyaknya lulusan IT yang tidak bekerja di sektor IT serta ada kesenjangan pemahaman di sektor pendidikan dengan perusahaan.
Dirjen Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nizam mengatakan, kampus mempunyai peranan penting dalam memenuhi kebutuhan sumber daya manusia di bidang ekonomi digital. Kata dia, saat ini 20 persen kampus di Indonesia sudah mempunyai program studi informatika dengan jumlah mahasiswa total sekitar 1 juta orang.
“Jadi setiap tahun, ada lulusan sekitar 100 ribu mahasiswa yang siap pakai di industri teknologi informasi. Namun jumlah itu masih belum mencukupi untuk memenuhi kebutuhan perusahaan teknologi informasi. Karena itu, kampus harus mempunyai strategi khusus untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa agar bisa siap pakai,” kata Nizam.
Nizam menambahkan, kampus sudah mempunyai sejumlah strategi untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa di bidang teknologi informasi.
Antara lain kampus bekerja sama dengan perusahaan informatika, selain itu juga bekerja sama dengan kampus internasional dengan cara pertukaran mahasiswa serta riset bersama dan yang tidak kalah penting adalah kampus memaksa mahasiswa untuk menciptakan produk yang inovatif.
Baca Juga: 5 Tanda Kamu Punya Atasan Toksik, Bikin Makan Hati Setiap Hari
Dosen senior University of Technology Sydney, Diep Nguyen mengatakan, ekonomi digital bukan lagi tentang masa depan tetapi sudah terjadi saat ini. Dia memberi contoh, ketika pandemi Covid-19 melanda dunia, semua pekerjaan termasuk belajar mengajar bisa dilakukan dari rumah.
“Karena itu, guru, dosen dan juga tenaga pengajar lainnya harus meningkatkan skill digital mereka. Bagaimana guru dan dosen tetap bisa mengajar dan murid atau mahasiswa di rumah masing-masing. Ini tidak bisa dilakukan dalam 1-2 hari,” jelas Diep.
Menurut Diep, ekonomi digital perlu rencana jangka panjang. Karena itu, salah satu solusinya adalah pembelajaran secara terus menerus. Diep menjelaskan, University of Technology Sydney membuka kelas pelatihan tentang ekonomi digital. Pelatihan ini dilakukan untuk meningkatkan skill atau kemampuan peserta contohnya memahami tentang blockchain yang saat ini tengah naik daun.
CEO Geekhunter Ken Ratri Iswari mengatakan, perusahaan digital Indonesia harus bersaing dengan perusahaan luar untuk mendapatkan sumber daya manusia di sektor ekonomi digital. Ini karena perusahaan asing dari Singapura atau Malaysia juga berminat untuk merekrut SDM di bidang ekonomi digital dari Indonesia. Karena itu, Geekhunter juga sering mengalami kesulitan apabila ada perusahaan digital meminta bantuan untuk dicarikan SDM.