Mengenal 5 Teori Terbentuknya Tata Surya: Ada yang Berasal dari Kabut

Rabu, 24 November 2021 | 11:41 WIB
Mengenal 5 Teori Terbentuknya Tata Surya: Ada yang Berasal dari Kabut
Ilustrasi tata surya (Shutterstock).
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Saat memandang langit malam hari yang bertabur bintang, pernahkah terpikir olehmu asal-usul terbentuknya tata surya?

Tata surya adalah kumpulan benda langit yang terdiri dari matahari dan objek di sekelilingnya yang terikat oleh gravitasi, termasuk bumi.

Mengutip Ruang Guru, Rabu (24/11/2021), setidaknya ada 5 teori terbentuknya tata surya, dengan rincian sebagai berikut:

1. Teori Nebula
Teori ini tidak lepas dari sosok Immanuel Kant, yang tidak hanya terkenal sebagai filsuf, tapi juga fokus mempelajari berbagai ilmu, mulai dari geologi, astronomi, sampai fisika.

Baca Juga: Warna Asli Matahari: Kalau Memang Tidak Kuning, Lantas Apa?

Pada karyanya di tahun 1755 yang berjudul “The Universal Natural History and Theories of the Heavens”, dia mencetuskan teori yang menjelaskan tentang asal muasal tata surya.

Dia berpendapat bahwa pada awalnya, kabut dan gas yang ada di angkasa berputar lambat dan membentuk cakram datar dengan beberapa inti massa.

Inti massa yang berada di tengah, memiliki suhu tinggi dan berpijar lalu membentuk matahari, sementara bagian inti massa di pinggirnya mengalami pendinginan dan perlahan-lahan berubah menjadi planet yang mengorbit pada matahari.

Pada zaman itu, tidak hanya Kant yang berpikir tentang bagaimana proses munculnya tata surya. Ada juga seorang astronom asal Perancis bernama Pierre Simon De Laplace yang memikirkan tentang asal mula terbentuknya tata surya.

Dalam bukunya yang berjudul "Exposition of a World System" (1796), Laplace memberikan pernyataannya soal proses terbentuknya tata surya.

Baca Juga: Komet Terbesar Sedang Dekati Bumi Setelah 3,5 juta tahun Berkelana

Berbeda dengan Kant yang berpikir kalau tata surya berasal dari kabut yang berputar lambat, Laplace berpendapat bahwa tata surya kita berasal dari kabut gas yang berputar cepat dan mempunyai suhu sangat tinggi.

Kecepatan putaran kabut gas ini, akhirnya melemparkan berbagai materi bola gas ke sekelilingnya.

Lama kelamaan, bola-bola padat ini berubah menjadi planet-planet dan sumber utama bola panas itu menjadi pusat peredaran planet yang kita kenal dengan matahari.

Sehingga, dapat disimpulkan bahwa Teori Nebula merupakan teori yang menyatakan bahwa tata surya terbentuk dari kabut pekat dan besar yang berputar, berpilin, dan terpadatkan menjadi matahari beserta planet-planet dan penyusun tata surya lainnya.

2. Teori Planetesimal
Teori ini dikemukakan oleh Thomas C. Chamberlin dan Forest R. Moulton pada tahun 1905. Pada teori ini, Moulton dan Chamberlin berpendapat bahwa pada mulanya, matahari merupakan bintang yang memang sudah ada sebelum penyusun sistem tata surya lainnya terbentuk, tapi pada saat itu belum diputuskan kalau namanya adalah matahari.

Lalu, pada suatu waktu, ada sebuah bintang lain berukuran sebesar matahari yang lewat dan mengorbit dekat sekali dengan matahari.

Selanjutnya karena bintang besar ini memiliki punya gravitasi, akibatnya ada material matahari yang tertarik keluar.

Material yang tidak terseret jauh, berhasil kembali masuk dan bergabung dengan matahari. Tetapi, material yang terseret jauh akhirnya hanya mengambang di angkasa.

Kemudian, material-material yang mengambang ini lama-kelamaan mengumpul, menyatu, dan mengeras sehingga menjadi berbagai planet dan penyusun sistem tata surya lainnya.

3. Teori Pasang Surut
Teori pasang surut ini serupa dengan planetesimal. Teori ini dikemukakan oleh James dan Jeffreys. Pada teori ini, matahari dianggap sebagai bintang yang memang sudah ada, hanya saja masih belum diputuskan kalau namanya adalah matahari.

Selanjutnya, lewatlah satu bintang besar yang mengorbit dekat dengan matahari. Apabila dalam teori planetesimal, gravitasi bintang besar ini membuat material-material matahari tertarik, dalam teori pasang surut, gravitasi bintang besar yang lewat ini menarik gelombang pasang gas-gas panas matahari.

Gelombang gas-gas matahari yang tertarik ini kemudian membentuk filament yang pada akhirnya menjadi cikal bakal planet dan penyusun sistem tata surya lainnya.

4. Teori Bintang Kembar
Teori ini cukup 'unik' dan berbeda, dikemukakan oleh Raymond Arthur Lyttleton, seorang ilmuwan berkebangsaan Inggris pada tahun 1956. Menurutnya, sebelum galaksi terbentuk, terdapat dua 'bintang raksasa' di luar angkasa. Itulah sebabnya teori ini disebut bintang kembar.

Lalu, salah satu dari dua bintang ini meledak dan hancur membentuk serpihan berupa batuan, gas, debu, dan berbagai material lainnya.

Kemudian, pecahan dari bintang yang meledak tersebut mengambang-ambang di angkasa dan perlahan-lahan mengorbit ke bintang yang masih utuh.

Pecahan-pecahan dari bintang yang meledak itu lama kelamaan menjadi planet beserta penyusun sistem tata surya lainnya, sementara bintang yang masih utuh (tidak meledak) kemudian menjadi matahari.

5. Teori Awan Debu
Teori Awan Debu (The Dust-Cloud Theory) pada awalnya dicetuskan oleh Carl Friedrich von Weizscker, kemudian teori ini 'disempurnakan' lagi oleh Gerald Peter Kuiper.

Pada dasarnya, mereka mengatakan kalau tata surya terbentuk dari gumpalan awan dan debu dengan jumlah yang sangat banyak, yang berputar menyerupai cakram, lalu berubah bentuk menjadi planet dan matahari.

Pada teori Awan Debu, proses yang terjadi adalah pemampatan atau penggumpalan. Pada proses pemampatan ini, partikel debu tertarik ke bagian pusat awan, membentuk bola, dan lama kelamaan menjadi cakram.

Lalu, partikel yang berada di tengah cakram saling menekan, lalu menimbulkan panas dan menjadi pijar. Bagian tengah ini, kemudian menjadi matahari.

Sementara bagian luarnya berputar dengan sangat cepat, lalu sampai pada titik di mana mereka terpental dan terpecah menjadi gumpalan yang lebih kecil.

Bagian inilah yang pada akhirnya menjadi planet dan penyusun tata surya lainnya selain matahari.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI