Sering Merasa Bosan dan Sulit Bahagia? Awas Gejala Anhedonia

Senin, 22 November 2021 | 17:17 WIB
Sering Merasa Bosan dan Sulit Bahagia? Awas Gejala Anhedonia
Ilustrasi bosan. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Perasaan bosan memang lazim dirasakan siapa saja. Tapi, jika kamu sulit mengatasi perasaan bosan yang terus menerus hingga merasa tidak bahagia dan sulit menikmati kehidupan, bisa jadi itu tanda kamu mengalami anhedonia.

Dikutip dari Alodokter, anhedonia merupakan kondisi ketika seseorang kesulitan menikmati hidup dan merasakan kesenangan. Penderita anhedonia akan kehilangan minat terhadap semua hal atau aktivitas yang sebelumnya dianggap menarik.

Akibatnya, saat seseorang mengalami anhedonia, ia akan merasa hidupnya membosankan, bahkan mengalami perasaan tertekan. Itu sebabnya, anhedonia berbeda dengan rasa bosan biasa.

Kebosanan biasanya akan hilang sendiri, terutama bila melakukan hal yang baru atau menyenangkan. Sedangkan anhedonia umumnya terjadi berlarut-larut dan sulit dihilangkan.

Baca Juga: 4 Tanda Pasangan Jenuh dalam Hubungan, Waspada Rentan Pisah!

Jenis Anhedonia
Anhedonia dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu secara sosial dan fisik. Orang dengan anhedonia sosial biasanya tidak bisa mendapatkan kesenangan dari situasi sosial. Orang tersebut cenderung akan merasa kurang nyaman untuk menghabiskan waktu atau bergaul dengan orang lain dan kesulitan menyesuaikan diri dengan situasi sosial.

Sedangkan pengidap anhedonia fisik ditandai dengan tidak adanya sensasi fisik yang umumnya dirasakan sebelumnya ketika melakukan aktivitas yang disukainya. Contohnya, orang yang hobi makan akan merasa bahwa makanan kesukaannya terasa hambar. Penderita anhedonia juga bisa merasa kurang puas dan nyaman saat berhubungan intim, padahal sebelumnya tidak bermasalah untuk mencapai orgasme.

Gejala Anhedonia
Gangguan anhedonia bisa menyebabkan cara pandang seseorang terhadap apa pun menjadi negatif dan kurang peka atau bahkan mati rasa terhadap hal apa pun, merasa putus asa, enggan tersenyum, bahkan menjunjukkan emosi palsu.

Penderita anhedonia juga bisa mengalami beberapa gejala fisik, seperti sakit kepala, susah tidur, dan tidak nafsu makan.

Kemungkinan Penyebab Anhedonia
Penyebab terjadinya anhedonia belum diketahui secara pasti. Namun, berbagai riset menunjukkan bahwa munculnya gejala anhedonia berkaitan dengan perubahan aktivitas sel-sel saraf di otak dan gangguan pada produksi zat kimia di otak yang berfungsi untuk menghasilkan rasa senang, seperti dopamin dan serotonin.

Baca Juga: Jangan Kasih Kendor, Catat 5 Tips agar Tetap Fokus saat Belajar

Anhedonia juga sering kali merupakan gejala dari beberapa gangguan mental, seperti depresi, gangguan kecemasan skizofrenia, PTSD, dan gangguan kepribadian. Meski begitu, tidak semua penderita anhedonia memiliki gangguan kesehatan mental.

Selain karena masalah kejiwaan, ada beberapa faktor lain yang dapat menyebabkan seseorang lebih berisiko untuk mengalami anhedonia, di antaranya:

  • Pernah mengalami peristiwa traumatis, seperti pelecehan seksual atau emosional.
  • Penyakit tertentu, seperti diabetes, demensia, atau penyakit Parkinson.
  • Efek samping obat-obatan, misalnya penggunaan obat-obatan terlarang.
  • Konsumsi alkohol berlebihan

Cara Mengatasi Anhedonia
Anhedonia yang dibiarkan dalam jangka waktu lama dapat menurunkan kualitas hidup. Kondisi itu juga dapat merusak hubungan sosial hingga urusan pekerjaan. Gangguan anhedonia yang tidak ditangani dengan baik juga bisa meningkatkan risiko penderitanya untuk mengalami rasa cemas berlebihan hingga percobaan bunuh diri.

Langkah pertama yang bisa dilakukan jika mengalami tanda anhedonia bisa dengan memeriksakan diri terlebih dahulu ke dokter guna menentukan penyebab yang mendasari terjadinya kondisi tersebut.

Setelah penyebabnya diketahui, barulah langkah pengobatan bisa dilakukan. Biasanya anhedonia bisa ditnagani dengan beberapa langkah berikut:

1. Pemberian obat-obatan
Untuk menangani anhedonia yang disebabkan oleh depresi, dokter dapat memberikan obat antidepresan. Sementara itu, untuk mengatasi anhedonia yang disebabkan oleh gangguan cemas, dokter dapat memberikan obat penenang atau pereda kecemasan.

Obat-obatan tersebut juga bisa digunakan untuk mengatasi gejala lain, seperti susah tidur atau tidur kurang nyenyak, yang biasanya muncul bersama anhedonia.

2. Psikoterapi
Selain dengan obat-obatan, anhedonia juga bisa ditangani dengan psikoterapi dan konseling. Biasanya dokter akan memberikan obat-obatan beserta psikoterapi untuk mengatasi gejala anhedonia.

Melalui terapi psikoterapi, pasien akan dibimbing untuk dapat berpikir positif dan mencari cara yang aman dan tepat guna mengatasi gejala yang dirasakannya. Dokter juga bisa menyarankan pasien untuk mencari support system.

Pencegahan Anhedonia
Gaya hidup sehat tetap disarankan untuk mencegah anhedonia. Bukan hanya sehat fisil, tapi juga perlu secara mental. Pastikan untuk selalu mengonsumsi makanan bergizi seimbang, rutin berolahraga, mengelola stres, mencukupi waktu istirahat, dan tetap berpikir positif.

Kehilangan kesenangan akan suatu hal yang sebelumnya digemari memang bisa dialami oleh siapa pun dan tergolong wajar. Namun, jika anhedonia sudah menggangu kehidupan sehari-hari, terutama menyebabkan kecemasan berlebih, sulit konsentrasi, susah tidur, bahkan muncul ide untuk bunuh diri, sebaiknya jangan tunda lagi untuk berkonsultasi dengan dokter.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI