Suara.com - Seorang spesialis anak dari Haryana, di India, Dr Manoj Mittal, memicu kontroversi online. Hal itu terjadi setelah ia tampil di depan kamera untuk memuji manfaat makan kotoran sapi, sambil menikmatinya sendiri.
Pengobatan tradisional India telah lama mempromosikan kotoran sapi sebagai obat segala yang bahkan dapat mencegah kondisi seperti kanker dan Covid-19.
Tetapi ini tidak termasuk dokter terlatih yang umumnya percaya pada hal-hal seperti sains dan uji klinis. Dalam video yang baru-baru ini diposting dan menjadi viral, Mottal terlihat menggigit kotoran sapi dan memuji manfaatnya bagi tubuh, pikiran, dan jiwa manusia.
“Setiap bagian dari Panchagavya yang diperoleh dari sapi sangat berharga bagi umat manusia,” kata Mittal.
![Ilustrasi sapi perah. [Shutterstock]](https://media.suara.com/pictures/original/2018/04/14/22132-ilustrasi-sapi-perah.jpg)
“Lihat, jika kita makan kotoran sapi, maka tubuh dan pikiran kita menjadi murni. Jiwa kita menjadi murni. Begitu memasuki tubuh kita, itu memurnikan tubuh kita.”
Dokter anak itu menambahkan bahwa ibunya biasa berbuka puasa dengan memakan kotoran sapi dan perempuan yang mengonsumsi kotoran sapi yang menjijikkan itu tidak lagi membutuhkan operasi caesar saat melahirkan.
Dalam video tersebut, Dr Manoj Mittal terlihat memungut segumpal kotoran sapi dan kemudian dengan santai memakan potongan-potongan itu seolah-olah itu adalah roti.
Sikapnya itu mendapat tanggapan beragam di media sosial. dengan sekelompok orang yang memuji dia karena memeluk pengobatan tradisional India, dan lainnya menuduhnya menghindari logika ilmiah sehingga dia bisa menyebarkan kegilaan ini.
“Dewan Medis India harus memperhatikan hal ini dan membatalkan izinnya untuk menjalankan profesi medis. Sebagai dokter anak, dia seharusnya tidak meresepkan gobar untuk anak-anak kecil yang tidak bersalah,” tulis seorang pengguna Facebook.
Baca Juga: Viral Perjuangan Ayah 2 Bulan Bikin Pelaminan untuk Nikahan Anak, Kisahnya Bikin Terharu
Para dokter dan ilmuwan di India dan di seluruh dunia telah berulang kali memperingatkan agar tidak mempraktikkan pengobatan alternatif untuk COVID-19, dengan mengatakan bahwa hal itu dapat menimbulkan rasa aman yang salah dan memperumit masalah kesehatan.