Suara.com - Di tengah perdebatan dampak buruk monosium glutamate atau MSG, pakar gizi Institut Pertanian Bogor (IPB) ungkap kandungan natrium di garam yang ternyata lebih tinggi dibanding dalam MSG.
Selama ini, natrium dianggap sebagai biang keladi penyebab tekanan darah tinggi atau hipertensi, yang memicu sakit jantung dan stroke.
"MSG itu dikaitkan tingginya asupan sodium dan natrium. Tapi ternyata, natrium di dalam garam atau NHCL, yang digunakan sebagai bumbu, ini 40 persen atau 3 kali lebih tinggi dibanding MSG," ujar Prof. Ahmad Sulaeman, Guru Besar Keamanan dan Gizi Pangan Fakultas Ekologi Manusias (FEMA) IPB dalam event Ajinomoto Visitor Center beberapa waktu lalu.
Prof. Sulaeman mengatakan, lantaran kandungan natriumnya yang lebih sedikit dari garam, maka MSG dipandang salah satu solusi untuk mengurangi konsumsi garam.
Baca Juga: Yuk Cegah Diabetes dengan Bahan Masakan Rendah Gula
Sebagaimana arahan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) terkait pembatasan asupan garam, gula dan lemak (GGL).
"Artinya, risiko darah tinggi dari garam lebih tinggi dari MSG, dengan demikian kita bisa kurangi asupan garam dengan MSG tanpa mengurangi rasa," imbuhnya.
Ia menambahkan, lewat MSG, kita bisa mengurangi asupan garam tapi tanpa mengurangi rasa makanan. Sehingga makanan tetap terasa enak di lidah, sekaligus meningkatkan nafsu makan.
"Kurangi asupan garam tanpa korban rasa lezat dan daya terima lidah. Salah satu strateginya pilih pangan rendah atau tanpa sodium, hati-hati juga dengan pangan diasap atau diasin, dan batasi pangan olahan," jelas Prof. Sulaeman.
Apalagi kata dia, makanan yang enak bisa meningkatkan sistem kekebalan tubuh, sekaligus bisa mempercepat proses penyembuhan pasien yang sedang menjalani pengobatan, tapi dengan persetujuan dokter pendamping.
Baca Juga: Istri Hamil Tetap Masak meski Sedang Sakit, Bekal buat Suami Dipuji Warganet
"Makanan yang aman dan bergizi seimbang tidak berguna jika tidak bisa masuk mulut. Maka harus dibuat enak dan lezat, hasilkan kepuasan, dan hilangkan stres, sekaligus meningkatkan fungsi sistem imun," pungkas Prof. Sulaeman.