Teman Dekat Anda Sedih karena Kehilangan Seseorang? Anda Wajib Jadi Pendengar yang Baik

M. Reza Sulaiman Suara.Com
Selasa, 16 November 2021 | 16:25 WIB
Teman Dekat Anda Sedih karena Kehilangan Seseorang? Anda Wajib Jadi Pendengar yang Baik
Ilustrasi sedih putus cinta (freepik.com/pressfoto).
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kehilangan orang terdekat, baik itu kehilangan kekasih karena patah hati atau kehilangan anggota keluarga karena meninggal, bisa menyebabkan seseorang merasa sedih berkepanjangan.

Jika ini terjadi pada salah satu sahabat dan teman kita, apa yang bisa dilakukan? Menjawab pertanyaan itu, Founder Komunitas Bounce Back Project, Putri Puspitaningrum, mengatakan perlu jadikan diri sebagai pendengar untuk menerima curhatannya.

“Kita perlu mendengarkan cerita dia. Sebagai teman atau pendamping misalnya, kemampuan mendengar dan kesediaan diri merupakan satu hal yang dapat menenangkan seseorang,” ungkapnya dalam acara webinar Membangun Pondasi Pemuda Toleran: Peran Agama Terhadap Kesehatan Mental, beberapa waktu yang lalu.

“Dengan mendengarkan, ini bisa menjadikan dia bahwa dia punya ruang untuk menyampaikan perasaannya. Pada saat mendengarkan, jangan sibuk memikirkan apa solusinya, karena kalau kita sibuk mencari solusi, kita tidak benar-benar hadir buat dia,” lanjut Putri.

Baca Juga: Hati-hati, Stres dan Depresi Bisa Perburuk Gejala Covid-19 Serta Masalah Jantung

Ilustrasi sedih dan kehilangan. (freepik/wirestock)
Ilustrasi sedih dan kehilangan. (freepik/wirestock)

Selain mendengarkan, ketika teman dekat mengalami kehilangan, Putri mengatakan perlu berikan rasa kenyamanan. Dengan rasa nyaman, tentu akan membuat seseorang mau menyampaikan perasaannya dan juga emosinya.

“Sebagai teman tentu kita berikan rasa nyaman. Paling tidak, ajak teman kita ke tempat yang lebih private, supaya dia lebih nyaman untuk bercerita,” lanjut Putri.

Kehilangan seseorang yang paling dicintai akan sulit diterima oleh seseorang. Putri mengatakan ini adalah fase denial dan tindakan yang wajar. Menurutnya ini merupakan bagian dari acceptance atau yang disebut penerimaan diri.

“Ketika kita kehilangan sesuatu, kita pasti merasa denial dan tidak percaya. Mau itu ditinggal meninggal atau hubungan yang kandas misalnya. Juga ada rasa kemarahan atau anger. Misalnya seperti ‘kenapa dia yang hilang, kenapa bukan orang lain’, begitu,” pungkasnya.

Baca Juga: 5 Alasan Kamu Tidak Boleh Putus Asa, Ayo Semangat!

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI