Biennale Jogja XVI Equator #6 Resmi Ditutup, Beri Penghargaan Seumur Hidup untuk Tokoh

Sabtu, 13 November 2021 | 22:38 WIB
Biennale Jogja XVI Equator #6 Resmi Ditutup, Beri Penghargaan Seumur Hidup untuk Tokoh
Penutupan Biennale Jogja XVI Equator #6 di JNM, Sabtu (13/11/2021) (Suara/Hiromi)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Setelah dibuka selama 40 hari, Biennale Jogja XVI Equator #6 resmi ditutup pada Sabtu (13/11/2021) malam. Penutupan rangkaian acara Yayasan Biennale Yogyakarta ini berlokasi di Panggung Jogja National Museum.

Pada kesempatan ini pula, Yayasan Biennale Yogyakarta meneruskan tradisi pemberian penghargaan Penghargaan Pencapaian Seumur Hidup (Lifetime Achievement Award/LAA).

Penghargaan ini diberikan untuk menghargai figur-figur yang dianggap berkontribusi penting dalam pembentukan wacana seni dan pengembangan ekosistem seni di Yogyakarta secara khusus, dan Indonesia secara umum.

Lifetime Achievement Award ini diberikan kepada Nunung Wahid Sahab dan Hermanu. Hal ini berdasarkan pertimbangan dari para Dewan Pembina dan Pengawas Yayasan Biennale Yogyakarta, berdasarkan dedikasi, loyalitas, integritas, dan kontribusi praktik kesenian setiap figur untuk pembentukan ekosistem seni di Indonesia, khususnya Yogyakarta.

Baca Juga: Biennale Jogja XVI Resmi Dibuka, Panen Apresiasi Sultan hingga Sandiaga Uno

"Saya ucapkan terima kasih kepada para seniman yang telah bekerjasama dengan Bentara Budaya dan pengunjung pameran yang selalu setia menghadiri setiap pameran dan menikmati acara-acara tersebut. Bentara Budaya dan saya tidak akan berarti apa-apa tanpa pengunjung dan para seniman," ungkap Hermanu yang aktif bekerja di Bentara Budaya sekaligus peraih penghargaan Lifetime Achievement Award.

Penerima Lifetime Achievement Award pada Penutupan Biennale Jogja XVI Equator #6 (Suara/Hiromi)
Penerima Lifetime Achievement Award pada Penutupan Biennale Jogja XVI Equator #6 (Suara/Hiromi)

Kegiatan yang panjang ini diselenggarakan di empat lokasi, yaitu Jogja National Museum (JNM), Taman Budaya Yogyakarta (TBY), Museum dan Tanah Liat (MdTl), dan Indieart House. Untuk mengisi pameran, panitia membuat program dengan total 99 program, meluas dari yang semula dirancang 70 program.

“Dalam 40 hari itu, kami berupaya maksimal agar penyelenggaraan program dapat menjadi media untuk transfer pengetahuan dan gagasan, baik dari sisi kuratorial maupun dari seniman
yang melakukan aktivasi karyanya,” ujar Gintani Nur Apresia Swastika saat membacakan laporannya.

Selama 40 hari itu pula, lapor Gintani, Biennale Jogja XVI telah dinikmati oleh kurang lebih 1.5 juta orang melalui media sosial, 236.210 melalui website, dan 14.590 melalui kunjungan langsung di 4 lokasi.

Selain itu, kegiatan ini terpublikasi di 165 portal media daring, 25 media cetak, dan 15 media elektronik, baik lokal, nasional, maupun internasional.

Baca Juga: Biennale Jogja XVI Resmi Dibuka, Kebanjiran Beragam Apresiasi

Penutupan Biennale Jogja XVI Equator #6 di JNM, Sabtu (13/11/2021) (Suara/Hiromi)
Penutupan Biennale Jogja XVI Equator #6 di JNM, Sabtu (13/11/2021) (Suara/Hiromi)

Selain penghargaan kepada seniman dan kurator berdedikasi tersebut, malam itu juga diisidengan peluncuran buku Membabar Peta, Merupa Bumi yang merupakan hasil Sinau Romo Mangun yang merespon ruang Romo Mangun pada pameran di JNM. Diluncurkan pula buku Pasang Naik, Laut yang Sama, katalog Biennale Jogja XVI Equator #6 2021.

Beberapa pertunjukan akan digelar di penghujung acara, seperti paduan suara yang membawakan lagu “Nyanyian Sunyi” karya Mambesak dan disambung narasi karya "Dibungkam" Yanto Gombo dan karya Wok The Rock (Radio Isolasido) yang menarasikan "Sedikit mendengar, Banyak Mendengarkan".

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI