Hari Pahlawan Nasional: Ini 5 Tokoh Indonesia yang Belum Banyak Diketahui

Rabu, 10 November 2021 | 11:35 WIB
Hari Pahlawan Nasional: Ini 5 Tokoh Indonesia yang Belum Banyak Diketahui
Sosok pahlawan nasional Tan Malaka. (Wikimedia Commons)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Tanggal 10 November setiap tahunnya diperingati sebagai Hari Pahlawan Nasional, agar masyarakat kembali mengenang jasa pahlawan dan lebih mencintai tanah air Indonesia.

Namun di balik peringatan tahunan ini, ada beberapa pahlawan Indonesia yang namanya kurang dikenal. Padahal jasanya sangat besar dalam memperjuangkan hingga mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Mengutip Ruang Guru, Rabu (10/11/2021) berikut ini 5 pahlawan Indonesia yang belum dipublikasikan alias pahlawan Indonesia under cover.

1. Malahayati (Lahir di Kesultanan Aceh, Nanggroe Aceh Darussalam)

Baca Juga: SEBAR! 10 Kata-kata Inspiratif Selamat Hari Pahlawan 2021

Lukisan Keumalahayati atau Laksamana Malahati di Museum Maritim (Museum Bahari). [Museum Maritim]
Lukisan Keumalahayati atau Laksamana Malahati di Museum Maritim (Museum Bahari). [Museum Maritim]

Perempuan hebat ini merupakan cucu dari putra pendiri Kerajaan Aceh Darussalam yaitu Sultan Ibrahim Ali Mughyat Syah. Pada tahun 1585-1604, Malahayati menjadi Kepala Barisan Pengawal Istana Panglima Rahasia dan Panglima Protokol Pemerintah dari Sultan Saidil Mukammil Alauddin Riayat Syah IV.

Kemudian, pada 11 September 1599, Malahayati memimpin sebanyak 2000 pasukan Inong Balee (janda-janda pahlawan yang telah syahid) untuk berperang melawan kapal-kapal serta benteng-benteng Belanda.

Beliau juga membunuh Cornelis de Houtman dalam pertempuran satu lawan satu di geladak kapal. Atas keberaniannya, Malahayati mendapat gelar Laksamana.

Atas jasa-jasanya tersebut, pada tanggal 6 November 2017 lalu, Presiden Joko Widodo menganugerahi Gelar Pahlawan Nasional berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 115/TK/Tahun 2017.

2. Tan Malaka (Lahir di Minangkabau, Sumatera Barat)

Baca Juga: Hari Pahlawan: Google Doodle Tampilkan Ismail Marzuki, Siapa Dia?

Ilustrasi sosok Tan Malaka. [Suara.com / Ema]
Ilustrasi sosok Tan Malaka. [Suara.com / Ema]

Nama lengkapnya adalah Sutan Ibrahim Gelar Datuk Sutan Malaka. Tan Malaka adalah sosok yang cerdas dan perhatiannya terhadap pendidikan kaum pribumi pun sangat tinggi.

Beliau sempat bersekolah dan belajar di Belanda. Setelah kembali ke Indonesia, Tan Malaka mendirikan Sekolah Rakyat di Semarang.

Di setiap kurikulumnya, terdapat semangat melawan penindasan dan perjuangan untuk mendapatkan hak sebagai manusia dan warga negara.

Beliau sempat beberapa kali mengevaluasi kondisi dan situasi Republik Indonesia setelah adanya Perjanjian Linggarjati (1947) dan Renville (1948).

Atas kecerdasan pemikirannya, Tan Malaka ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional melalui Keputusan Presiden RI No. 53, yang kemudian ditandatangani Presiden Soekarno pada 28 Maret 1963.

3. Dewi Sartika (Lahir di bandung, Jawa Barat)

Raden Dewi Sartika lahir dari keluarga ternama, sehingga sejak kecil, beliau sudah mendapatkan pendidikan dasar yang layak. Beliau merupakan pahlawan Indonesia yang bercita-cita mendirikan sekolah untuk kaum perempuan.

Beliau merasa miris ketika melihat perempuan-perempuan pada saat itu buta aksara dan miskin ilmu pengetahuan. Berkat perjuangannya, akhirnya sekolah perempuan bernama Sekolah Isteri berhasil berdiri di Pendopo Kabupaten Bandung pada 16 Januari 1904.

Kemudian sekolah ini direlokasi sekaligus berubah nama menjadi Sekolah Kaoetamaan Isteri tahun 1910. Sekolah ini kemudian terus berkembang dan tersebar di seluruh Jawa Barat.

Pada tahun 1912 sudah berdiri 9 sekolah dan terus bertambah satu di setiap kota maupun kabupaten pada tahun 1920. Selanjutnya sekolah itu berganti nama menjadi Sekolah Raden Dewi pada September 1929.

Atas jasanya dalam memperjuangkan pendidikan, beliau diberi gelar penghargaan Orde van Oranje-Nassau (bintang emas) pada ulang tahun ke-35 Sekolah Kaoetamaan Isteri. Serta diakui sebagai pahlawan pada 1 Desember 1966.

4. Abdul Kadir (Lahir di Sintang, Kalimantan Barat)

Sejak muda, Abdul Kadir sudah mengabdi sebagai pegawai kerajaan Sintang dan ketika ayahnya wafat, beliau diangkat menjadi Kepala Pemerintahan Melawi. Kemudian, beliau berhasil mempersatukan suku Dayak dengan Melayu dan mengembangkan ekonomi daerah Melawi.

Saat Belanda ingin memperluas wilayah kekuasaan di Melawi tahun 1820-an, beliau segera membuat strategi peran ganda untuk menggagalkannya.

Maksudnya, sebagai pejabat pemerintah Melawi, beliau tetap setia kepada Raja Sintang, secara otomatis juga harus setia pada pemerintah Belanda.

Akan tetapi, diam-diam Abdul Kadir mengumpulkan kekuatan rakyat untuk melawan Belanda dengan mendirikan kesatuan-kesatuan bersenjata di Melawi juga sekitarnya.

Pada akhirnya terjadi gangguan keamanan terhadap Belanda. Akhhirnya terjadi pertempuran antara pasukan Belanda dengan pasukan Abdul Kadir.

Beliau terus mengatur strategi perlawanan terhadap Belanda melalui berbagai informasi tentang rencana-rencana operasi militer pemerintah Belanda.

Hingga di tahun 1999, dirinya dianugerahkan sebagai Pahlawan Nasional berdasarkan SK Presiden Republik Indonesia Nomor 114/TK/Tahun 1999 tertanggal 13 Oktober 1999.

5. Sam Ratulangi (Lahir di Tondano, Sulawesi Utara)

Dr. Gerungan Saul Samuel Jacob Ratulangi (Sam Ratulangi) adalah Gubernur pertama Sulawesi. Beliau juga orang Indonesia pertama yang menduduki jabatan guru di masanya. Sam Ratulangi pernah bersekolah di Jakarta, Belanda, dan Universitas Zurich, Swiss.

Demi menaikkan taraf hidup rakyat Minahasa, Beliau berhasil menghapus kerja paksa (rodi), kemudian menyelenggarakan transmigrasi, juga mendirikan yayasan dana belajar.

Beliau juga merupakan aktivis kemerdekaan yang sangat keras melawan penjajahan Belanda dan Jepang. Beliau tidak ingin masyarakat Indonesia berada di bawah penguasaan penjajah.

Demi mempertahankan Republik Indonesia, Gubernur Ratulangi membentuk badan perjuangan rakyat bernama Pusat Keselamatan Rakyat. Pemerintah pun menetapkan Ratulangi sebagai Pahlawan Nasional dan tiga kali dianugerahkan gelar Anumerta.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI