5 Fakta Menarik Museum Sumpah Pemuda, Saksi Sejarah Perjuangan Kemerdekaan Indonesia

Kamis, 28 Oktober 2021 | 15:37 WIB
5 Fakta Menarik Museum Sumpah Pemuda, Saksi Sejarah Perjuangan Kemerdekaan Indonesia
Museum Sumpah Pemuda. (http://museumsumpahpemuda.kemdikbud.go.id/)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kongres Pemuda II diselenggarakan hari ini 93 tahun lalu, tepatnya pada 28 Oktober 1928. Kongres yang dihadiri oleh para pemuda dari beragam latar belakang suku, ras, agama, dan bahasa ini menyerukan tiga putusan yang saat ini disebut sebagai Sumpah Pemuda.

Kegiatan itu diselenggarakan di Gedung Indonesisch Huis Kramat yang sekarang menjadi Museum Sumpah Pemuda. Berlokasi di Jalan Kramat Raya No.106, Jakarta Pusat.

Nah, dalam rangka Hari Sumpah Pemuda, kamu bisa ikut merayakannya dengan mengetahui fakta menarik tentang museum bersejarah ini. Di sana, ada berbagai koleksi bersejarah yang membuatmu kembali mengingat perjuangan pemuda Indonesia untuk kemerdekaan.

Berikut beberapa fakta menarik tentang museum Sumpah Pemuda yang Suara.com rangkum dari berbagai sumber.

Baca Juga: Tepat di Hari Sumpah Pemuda, Tagar #HUT53Ganjar Ramaikan Media Sosial

1. Awalnya merupakan kos-kosan
Museum ini pada awalnya adalah rumah tinggal milik Sie Kong Liang. Gedung didirikan pada permulaan abad ke-20. Sejak 1908, museum yang juga dikenal dengan nama Gedung Kramat 106 ini disewa pelajar STOVIA (School tot Opleiding van Inlandsche Artsen) dan RHS (Rechts Hooge School) sebagai tempat tinggal dan belajar alias kos-kosan. Saat itu dikenal dengan nama Commensalen Huis.

Awalnya rumah tersebut hanya menampung para pelajar yang berasal dari Jawa saja. Namun, pada akhirnya, Sie Kong Liang menerima seluruh siswa dari berbagai latar belakang, suku, ras, dan tempat asal.

2. Jadi Gedung Sekretariat PPPI
Pada September 1926, lahir Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI) di gedung tersebut. Organisasi ini tak lagi didasari identitas kesukuan ataupun agama, seperti organisasi yang bermunculan sebelumnya. Mereka secara bersama-sama melakukan diskusi terkait kemerdekaan Indonesia di sana.

PPPI menjadikan Kramat Raya 106 sebagai sekretariatnya. Tak hanya itu, majalah terbitan PPPI, Indonesia Raja, juga berlokasi di rumah tinggal bersama tersebut.

3. Ditetapkan sebagai benda cagar budaya
Pada tanggal 15 Oktober 1968, Prof. Mr. Soenario berkirim surat kepada Gubernur DKI Jakarta, Ali Sadikin, untuk meminta perhatian dan pembinaan terhadap Gedung Kramat 106 agar nilai sejarah yang terkandung di dalamnya terpelihara. Maka berdasarkan SK Gubernur pada 10 Januari 1972, menetapkan Gedung Kramat 106 sebagai benda cagar budaya.

Baca Juga: Keanekaragaman Budaya Warnai Peringatan Sumpah Pemuda di Jateng

Sebagai tindak lanjut SK Gubernur tersebut, Gedung Kramat 106 dipugar Pemda DKI Jakarta pada 3 April 1973. Pemugaran selesai 20 Mei 1973. Gedung Kramat 106 kemudian dijadikan museum dengan nama Gedung Sumpah Pemuda.

4. Sebelum jadi museum, gedung ini mengalami beberapa kali alih fungsi
Sejak tahun 1934-1970 Gedung Kramat 106 mengalami beberapa kali alih fungsi, antara lain sebagai rumah tinggal, toko bunga, hotel, dan perkantoran.

Gedung yang sangat penting artinya bagi bangsa Indonesia ini kemudian dijadikan museum oleh Pemerintah DKI Jakarta dengan nama Gedung Sumpah Pemuda pada tahun 1973, kemudian diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tahun 1974.

5. Biola W.R Supratman menjadi salah satu koleksinya

Biola asli WR Supratman di Museum Sumpah Pemuda. (https://museumsumpahpemuda.kemdikbud.go.id/)
Biola asli WR Supratman di Museum Sumpah Pemuda. (https://museumsumpahpemuda.kemdikbud.go.id/)

Saat kamu mengunjungi Museum Sumpah Pemuda, jangan lupa melihat ruangan khusus yang didedikasikan untuk Wage Rudolf Supratman (WR Supratman), karena beliau dianggap berjasa dalam membuat lagu kebangsaan. Dalam ruangan itu, kamu bisa melihat foto-foto beliau semasa hidup, diorama, hingga biola pribadinya.

Biola pribadi yang disimpan di Museum Sumpah Pemuda itu adalah biola yang digunakan untuk mengiringi "Indonesia Raya" saat dikumandangkan pertama kali dalam Kongres Pemuda Kedua di Gedung Kramat 106, Jakarta pada 28 Oktober 1928.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI