Setelahnya perubahan dari ekonomi kolonial ke ekonomi nasional bisa sangat dirasakan di masa kabinet Natsir.
Ada banyak tokoh yang berkontribusi mulai dari Soemitro Djojohadikoesoemo, Mohammad Hatta, Syafruddin Prawiranegara, Djuanda, dan Jusuf Wibisono.
2. Ekonomi terpimpin pada masa 1959 hingga 1966
Ini adalah periode yang berat di masa kepemimpinan Presiden Soekarno pada 21 Februari 1957, karena saat itu adalah masa yang gelap.
Lantaran buruh mogok kerja, pendapatan negara turun, inflasi naik karena harga pada mahal dan nilai rupiah kecil. Saat itu, Indonesia yang penghasil beras terbesar harus impor, dengan kenaikan harga mancapai 650 persen.
Pada masa itu sistem ekonomi dikuasai negara, dengan disebut sistem ekonomi etatisme atau ekonomi terpimpin. Lalu dibuatlah Dewan Perancang Nasional (Depernas) yang diketuai Mohammad Yamin.
Depernas ini sempat membuat program bernama Pembangunan Nasional Berencana Delapan Tahun (1961-1968) dengan mengeruk kekayaan alam sebanyak mungkin demi ningkatin program pembangunan nasional.
Namun program ini tidak begitu berhasil, karena Indonesia mengalami penurunan mata uang (devaluasi). Misalnya punya uang kertas Rp 500, maka berubah jadi Rp 50 dan uang Rp 1000 jadi Rp 100.
3. Ekonomi orde baru pada 1966 hingga 1998
Tahun 1966, kejatuhan Orde Lama melahirkan Orde Baru di bawah pimpinan Soeharto. Tantangan terbesarnya Indonesia sedang mengalami inflasi 650%, utang sampai US$ 2,5 miliar, dan tingkat pertumbuhan rendah.
Soeharto pun melakukan berbagai upaya reformasi perekonomian. Mulai dari mengembangkan sektor swasta, menarik investor asing, hinggamenghilangkan subsidi di perusahaan pemerintah.
Baca Juga: Evermos: UKM Adalah Pendorong Penting Masa Depan Ekonomi Indonesia
Intinya, Soeharto mengupayakan berbagai macam cara untuk mengurangi kenaikan harga dan menyuplai ketersediaan beras.