Suara.com - Media sosial telah menjadi wadah seseorang untuk berinteraksi maupun berkarya. Mulai dari menghasilkan produk foto, video, maupun karya ilustrasi yang bisa dibagikan kepada pengikutnya.
Meski media sosial bisa jadi wadah yang positif, sangatlah penting untuk memerhatikan etika dalam bermedia sosial.
Dikatakan Wakil Ketua Gerakan Nasional Literasi Digital Siberkreasi Anita Wahid, sebagian orang Indonesia telah menghabiskan waktunya untuk bermain media sosial.
"Ketika kita masuk ke dunia digital, sebenarnya sebagian dari waktu kita telah dihabiskan buat berinteraksi. Baik itu posting dan dibagikan kepada followersnya, maupun kita berkomentar di postingan orang lain," katanya dalam acara Karya Digital, Mudah Viral, beberapa waktu yang lalu.
Maka dari itu, Anita melanjutkan, etika yang harus diterapkan di media sosial, perlu juga diterapkan di dunia nyata. Bahkan, perilaku seseorang yang tergambar di media sosial, bisa selaras dengan perilaku di dunia nyata.
"Jangan sampai orang yang melihat kita itu berbeda dari dunia digital dan di dunia nyata, karena itu bisa dituduh kita punya kepribadian ganda," ungkapnya lebih lanjut.
"Kalau kita mau beretika di media sosial, sebenarnya itu sederhana sekali. Kita perlu ingat tiga prinsip. Pertama adalah kita perlu menjunjung tinggi memanusiakan manusia," lanjut Anita.
Dari memanusiakan manusia, Anita menggambarkan bagaimana seseorang perlu berperilaku dengan orang lain di media sosial. Mulai dari menghargai dan juga berempati kepada orang lain.
"Kita nggak akan tuh seenak-enaknya kasar sama orang lain, menghina orang lain, dan memaksa pendapat kita sendiri," kata Anita.
Baca Juga: Potret Persimpangan Lampu Merah Punya Fitur Mewah, Tak Perlu Takut Lagi Kepanasan
Prinsip kedua, Anita mengatakan perlu jaga diri di media sosial. Misalnya, jangan mengumbar apapun di media sosial yang seharusnya tak perlu orang lain tahu. Mulai dari masalah dan juga data pribadi.