Suara.com - Jika Anda saat ini sedang membangun bisnis bersama pasangan, ada satu hal penting yang perlu Anda perhatikan. Yaitu risiko terjadinya konflik yang lebih besar.
Banyak orang menganggap bahwa bisnis bareng pasangan adalah hal yang menyenangkan. Tapi benarkah begitu? Sementara, tak sedikit pula yang menyebut bahwa langkah ini sebenarnya sangat rentan terjadinya konflik.
Dalam acara ShopeePay Talk bertema Selektif Pilih Teman Dagang, Bisnis Makin Langgeng, Selasa (19/10/2021), Co-Founder & CEO of Burgreens and Green Rebel, Helga Angelina Tjahjadi, menceritakan perjalanannya berbisnis bersama Max, pacar yang kini menjadi suaminya.
“Kalau aku, saat pacaran hampir nggak ada konflik. Tapi kalau bisnis, itu semua konflik yang tidak dipikirin bisa muncul semua. Jadi latihan konflik bareng pasangan itu pas lagi kerja bareng,” ungkapnya .
Baca Juga: Inspiratif! Suami Kena PHK, Sejumlah Istri di Semarang Buat Bisnis Jamu Omset Puluhan Juta
“Itu berantem kecil yang dipicu karena style kerja kita yang berbeda. Kalau Max, orangnya itu perlu spontanitas, tidak terlalu planning, dan tidak dipikirin secara finansial. Dan kalau ada ide, langsung ikuti sesuai kata hati,” lanjut Helga.
Berbeda dengan dirinya, Helga mengaku bahwa dalam berbisnis, ia cenderung realistis. Ia selalu memikirkan bagaimana agar bisnis yang dibangun lebih profitable, punya target, dan punya goals.
“Jadi pas kerja bareng, ada berantem karena hal-hal kecil. Waktu itu aku yang marah-marah, sedangkan partner bisnisku kalau stres, itu bakalan cepet lupa,” ungkapnya.
Dari cerita tersebut, Helga mengatakan sempat ingin menyerah. Walaupun bisnis yang dijalaninya sudah sesuai passion, dari konflik tersebut ia bisa belajar tentang pentingnya introspeksi diri dalam berbisnis serta berkomunikasi dengan pasangan.
“Bisnis merupakan usaha jangka panjang yang harus terus diupayakan. Ketika memutuskan untuk membangun Burgreens bersama Max, sekalipun Max merupakan pacar saya pada saat itu, namun kami menyepakati beberapa hal mendasar yang dituangkan ke dalam perjanjian kerja sama yang sah. Dengan begitu, kami bisa menjaga profesionalitas berbekal komitmen yang telah kami tentukan bersama dan tidak lagi membawa status ‘teman’, ‘pacar’, atau ‘saudara’, tetapi semua dilakukan atas kelangsungan bisnis dan tujuan bersama,” tutur Helga.
Baca Juga: Selain Bikin Populer, Ini Cara Hitung Cuan Para YouTuber
“Dan dari situ kita bisa sama-sama ngomong secara terbuka. Misal sifat apa yang bisa bikin nggak nyaman,” pungkasnya.