Suara.com - Membangun brand dari nol hingga diingat orang banyak dalam waktu lama bukanlah perkara mudah. Inilah yang selalu menjadi tantangan bagi para pelaku bisnis, khususnya pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Indonesia.
Untuk membantu para UMKM mewujudkan mimpinya, Yasa Singgih, Co-Founder & CEO Fortius sekaligus pemilik Men’s Republic, membagikan tipsnya dalam Lazada Seller Conference 2021, konferensi dua hari bertajuk ‘Level Up - Cermat Melesat’, yang digelar pada 6-7 Oktober 2021 lalu.
Yasa sendiri merupakan salah satu pengusaha muda yang sudah sukses membangun bisnis hingga masuk daftar Forbes 30 Under 30 Young Leaders & Entrepreneurs in Asia! Inilah tips dari Yasa, mengutip siaran pers dari Lazada yang diterima Suara.com.
1. Jadilah brand yang selalu ada di benak konsumen (Top-of-Mind)
Ketika sebuah brand sudah nyantol di benak konsumen, brand bisa selalu diingat melalui lagu, tagline, bahkan ketika hanya membahas suatu kategori produk.
Baca Juga: Jatuh Bangun Hendri Saputra, Sempat Ditipu Rp 5 Miliar Hingga Jadi Pengusaha Sukses
Misalnya, ketika kita membicarakan mi instan, air mineral, hingga pasta gigi, kita ingat suatu brand tertentu. Jadi, inilah kekuatan magis sebuah strategi branding yang tepat sasaran.
Yasa mengatakan bahwa pemilik usaha harus memiliki mindset untuk berinvestasi dalam branding karena ia yakin investasi ini akan berubah menjadi keuntungan ketika sebuah brand mampu menjadi brand yang sustainable dan memiliki nilai di mata konsumen.
Akan tetapi, tentu dibutuhkan investasi dan perjuangan yang bahkan bisa mencapai puluhan tahun untuk mencapai tahap ini.
2. Berikan pengalaman branding holistik
Yasa menegaskan, branding tak terjadi dengan sekonyong-konyong. Baginya, branding adalah segala hal yang bersinggungan langsung dengan konsumen, dimana karyawan juga berkontribusi.
Tim Customer Service (CS) di Men’s Republic misalnya, selalu menggunakan panggilan ‘man’ untuk semua konsumennya. Ini menjadi upaya Men’s Republic melakukan branding.
Baca Juga: Simak Kiat Sukses Owner Usaha Kuliner Kebab Baba Rafi, Sempat Alami Jatuh Bangun
Atau ketika sebuah perusahaan mendesain seragam yang keren untuk karyawannya, ini juga upaya branding. Bagi Yasa, branding tak melulu soal tagline atau logo, tapi branding adalah whole experience dalam brand yang dirasakan oleh konsumen.
3. Fokus ke tujuan brand (Why)
Brand yang kuat merupakan brand yang tidak perlu lagi menjelaskan apa yang dijual (what), atau proses di balik pembuatannya (how). Brand yang kuat fokus kepada tujuan brand tersebut terbentuk (why).
Aspek why ini tentu saja bukan tujuan membangun brand untuk mencari cuan, namun harus digali lebih lebih dalam soal dampak yang diberikan brand kepada konsumen. Bagi generasi muda saat ini, nampaknya aspek why bisa sangat menentukan keputusan pembelian.
4. Bangun relevansi dengan pasar
Menurut Yasa, kegiatan branding tak melulu harus keren dan mahal, yang penting brand itu harus relevan atau nyambung dengan kebutuhan pasar. Kuncinya adalah pebisnis harus bisa mendengar dan memahami targetnya, misalnya dengan meminta feedback konsumen secara berkala agar dapat terus membuat produk yang relevan dan sesuai dengan pasar.
Dalam waktu tertentu, brand juga harus terus bergerak dan berubah sesuai dengan kebutuhan pasar, sehingga dibutuhkan proses rebranding.
Yasa mengatakan, Men’s Republic yang berusia 7 tahun sudah tiga kali mengalami rebranding agar bisa selalu relevan dengan konsumen. Banyak brand yang terus melakukan perubahan agar terus relevan dengan pasar karena mereka paham branding is a long term game.
5. Strategi branding satu kalimat
Strategi untuk branding tidak harus rumit. Yasa mengatakan, banyak brand kenamaan dunia yang mengimplementasikan strategi branding satu kalimat dan menjadi sukses.
Karenanya, ini bisa menjadi alternatif bagi pengusaha di Indonesia untuk menyederhanakan strategi brand menjadi satu kalimat. Nantinya, satu kalimat strategi ini akan selalu menjadi elemen terpenting yang disampaikan secara konsisten dan berulang dalam marketing campaign sebuah brand agar bisa cepat tertanam dalam benak konsumen.
6. Bangun brand yang menawarkan perubahan (Impact)
Brand harus mampu menawarkan perubahan kepada konsumen! Bila ingin membangun sebuah brand, Yasa mengimbau agar pengusaha mampu menjawab perubahan apa yang bisa diberikan konsumen saat membeli brand kita.
Yasa kembali mengingatkan bahwa perubahan itu tidak selalu harus menjadi luar biasa berbeda. Bisa saja perubahan terjadi sesederhana konsumen bisa menghemat waktu dan uang ketika membeli produk dari brand kita, namun justru hal yang nampak sederhana ini terkadang berdampak luar biasa bagi konsumen.