Suara.com - Kelas Bahasa Indonesia semakin populer dan diminati di sejumlah negara-negara dunia, termasuk di Afrika.
Masyarakat di kawasan Afrika Barat antusias mengikuti kelas bahasa Indonesia yang diselenggarakan secara daring oleh Kedutaan Besar RI di Dakar bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan dan Budaya RI.
KBRI di Dakar, Senegal bekerja sama dengan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbud untuk pertama kalinya menggelar kelas Bahasa Indonesia secara virtual bagi penutur asing, kata KBRI Dakar dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Kamis.
Penyelenggaraan program kelas Bahasa Indonesia itu turut memeriahkan perayaan Bulan Bahasa dan Sastra Indonesia pada 2021.
Baca Juga: Mengenal Tanda Seru dan Tanda Tanya dalam Kalimat, Bagaimana Cara Penggunaanya?
"Kami senang melihat besarnya antusiasme masyarakat di wilayah Afrika Barat terhadap Bahasa Indonesia. Ini merupakan sebuah cerminan kuatnya hubungan emosional antara Indonesia dan masyarakat Afrika yang telah terbina sejak lama, sekaligus wujud pelaksanaan diplomasi budaya Indonesia di wilayah ini," kata Duta Besar RI untuk Senegal Dindin Wahyudin pada pembukaan kelas perdana secara virtual pada Rabu (13/10).
Dubes Dindin Wahyudi juga merangkap sebagai Dubes RI untuk Cabo Verde, Gambia, Guinea, Guinea Bissau, Mali, Pantai Gading dan Sierra Leone.
Program kelas bahasa Indonesia secara daring itu sejauh ini telah mencatat sebanyak 95 pendaftar yang berasal dari berbagai negara di Afrika Barat, mulai dari Senegal, Sierra Leone, Gambia, Mali dan Pantai Gading.
Kelas daring bahasa Indonesia untuk penutur asing itu akan berlangsung dari Oktober hingga Desember 2021.
Karena jumlah peminat kelas bahasa Indonesia cukup banyak, KBRI Dakar membuka empat kelas yang terdiri dari dua kelas untuk penutur bahasa Inggris dan dua kelas untuk penutur bahasa Prancis.
Baca Juga: Mengenal Tanda Baca Koma dan 14 Cara Penggunaannya dalam Tulisan
Mayoritas peserta pada program itu merupakan mahasiswa, tenaga profesional yang berlatar pengusaha dan pebisnis, pegawai kantor pemerintah serta akademisi.
Motif keikutsertaan mereka pun beragam. Alhassane Gueye, seorang pengusaha berkewarganegaraan Senegal misalnya, mengaku tertarik mempelajari bahasa Indonesia untuk memperlancar komunikasi dengan para mitra usahanya di Indonesia.
Sementara Sumah Bangalie, warga Sierra Leone yang dahulu sempat menempuh program S2 di Indonesia, berharap agar kemampuan bahasa Indonesia yang dimilikinya tidak hilang.
"Saya ingin tetap dapat bercakap-cakap dengan lancar dengan orang Indonesia dan berharap ke depannya program ini berkelanjutan dan KBRI dapat memfasilitasi pembukaan kelas bahasa (Indonesia) untuk tingkat kemahiran yang lebih tinggi," ujarnya.
Setiap program kelas bahasa Indonesia memiliki 5 kali pertemuan pada setiap minggunya dengan durasi setiap pertemuan selama 1 jam. Adapun peserta penutur bahasa Inggris mendapatkan jadwal pertemuan pada pagi sementara penutur bahasa Prancis akan mengikuti kelas pada siang.
Selain mengajarkan bahasa Indonesia, program itu diharapkan dapat turut memperkenalkan budaya Indonesia secara lebih luas, termasuk kuliner, dan tempat-tempat wisata di Indonesia, serta meningkatkan hubungan antara masyarakat Indonesia dengan masyarakat di negara-negara sahabat di wilayah Afrika Barat.
"Dengan adanya program ini tentu kami berharap masyarakat di Afrika Barat dapat mengenal dan mencintai Indonesia secara lebih dekat, membuka peluang kerja sama di berbagai bidang, serta meningkatkan minat untuk berkunjung ke Indonesia di masa mendatang setelah pandemi COVID-19 ini berakhir," ucap Dubes Dindin.