Ermey Trisniarty dan Perjalanan 20 Tahun Membangun Dapur Cokelat

Senin, 11 Oktober 2021 | 08:21 WIB
Ermey Trisniarty dan Perjalanan 20 Tahun Membangun Dapur Cokelat
Ermey Trisniarty di dapur produksi Dapur Cokelat. (Dok. Dapur Cokelat)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Bagi penggemar kudapan aneka cokelat, pasti tidak asing dengan Dapur Cokelat, toko kudapan berbasis cokelat yang sudah berdiri selama 20 tahun lama. Nama Dapur Cokelat tidak bisa lepas dari sosok Ermey Trisniarty, sang pendiri yang kini sudah memiliki ribuan karyawan sejak membuka usahanya pada 2001 silam.

Perempuan kelahiran Jakarta 2 Mei 1975 ini sejak kecil sudah menyukai cokelat, dan kerap membuat bermacam kudapan dari cokelat.

Berawal dari kenangan masa kecilnya, Ermey akhirnya berhasil membesarkan Dapur Cokelat, usahanya yang berawal dari hobi.

Berikut ini profil singkat sosok Ermey Triniarty, mengutip buku Dapur Cokelat Bercerita karya Asteria Elanda, dan hasil dari konferensi pers perayaan 20 tahun Dapur Cokelat beberapa waktu lalu.

Baca Juga: Resep Brownies Kukus Chocolatos ala Rumahan, Mudah dan Anti Gagal

Kreatif Sedari Kecil

Ermey Trisniarty dan keluarga tercinta. (Dok. Dapur Cokelat)
Ermey Trisniarty dan keluarga tercinta. (Dok. Dapur Cokelat)

Ermey adalah anak ketiga dari 7 bersaudara, yang tumbuh berkat kasih sayang orangtuanya dan juga sang tante yang memiliki usaha menjahit.

Dari sinilah Ermey kecil kerap membuat aneka pernak pernik, seperti kantong kecil dari kain perca sisa bahan jahitan sang tante.

"Ini karena suasana dinamis dan kreatif sering saya lihat sehari-hari," tutur Ermey.

Jatuh Cinta dengan Cokelat
Setiap momen kehidupan Ermey selalu dipenuhi dengan rasa manis. Buktinya, ia tidak pernah melewatkan satupun kreasi cokelat sejak kecil.

Baca Juga: Jangan Buang Nasi Sisa! Bisa Dimanfaatkan Jadi Camilan Legit Favorit Anak

Beragam cokelat ikonik di masa kecil ia cicipi, mulai dari cokelat payung, wafer Superman, cokelat bergambar ayam, dan olahan batangan cokelat dengan isian kacang mede.

"Bagaikan punya sentuhan magis, cokelat selalu membuat hati saya senang. Sampai-sampai di bawah bantal di kamar tidur saya, selalu ada simpanan cokelat," cerita ibu dua anak itu.

Ermey mengatakan, sangat sedikit orang yang tahu tentang fakta ini, termasuk orang yang tinggal bersamanya di rumah juga tidak tahu tentang rahasia penyimpanan cokelat ini.

"Rahasia yang membuat hati bahagia dan tidur saya lebih nyenyak," imbuh Ermey.

Tertarik pada Jurusan Pastry
Di saat banyak teman di bangku SMA punya 2 hingga 3 jurusan pilihan untuk kuliah, tapi tidak dengan Ermey yang sudah sejak awal berniat masuk jurusan pastry di National Hotel Institue (NHI) pada 1994 silam.

Ia diantar oleh sang ayah ke kota tempatnya menuntut ilmu di kursi perguruan tinggi, yaitu Bandung.

"Di semester kedua saya mulai mendapatkan mata kuliah tentang cokelat, dan saya tidak sabar untuk mempelajarinya," ungkap Ermey.

Tidak hanya sekadar tugas kuliah, bahkan di waktu luang sekalipun ia kerap membuat aneka kudapan kue cokelat, baik di rumah maupun di tempat kos.

Mulai Berjualan Sejak Kuliah
Meski masih kuliah, Ermey sudah memberanikan diri menjual beraneka ragam kudapan kue cokelat dengan modal meminjam uang sang ayah. Ia berhasil mengembalikan uang pinjaman tersebut, bahkan mampu membeli handphone keluaran terbaru pada zamannya.

"Saya bangga bisa membelinya dengan hasil jerih payah sendiri," tuturnya.

Beberapa kue yang paling banyak dipesan adalah potongan cokelat berisi kacang dan campuran cokelat putih berisi potongan cherry.

"Menurut para pembeli, cokelat buatan saya enak dan juga gemas dipandang," celotehnya.

Akhirnya Ermey terus memproduksi dan menjual produknya di kampus, seraya berusaha menyelesaikan studinya dan meraih gelar sarjana.

Bahkan Ermey juga sempat bersekolah di IPB dengan program studi Agribisnis. Ia berkuliah di kota hujan tersebut sambil terus menerima pesanan kue dan kudapan cokelat di sela-sela waktu luangnya.

Suami Mendorongnya Membuka Usaha

Ermey Trisniarty dan Suami. (Dok. Dapur Cokelat)
Ermey Trisniarty dan Suami. (Dok. Dapur Cokelat)

Berawal dari kue tiramisu kejutan yang ia bawakan untuk Okky Dewanto, yang kini menjadi suaminya, Ermey malah didorong untuk membuka toko.

"Enak sekali, ayo, kamu harus buka toko kue, pasti laku," tutur Ermey menirukan ucapan sang suami dulu kala.

Alhasil jadilah Ermey membuka toko pertamanya dengan bantuan Okky, dengan bantuan pinjaman modal dari ayah Ermey.

Toko pertama berlokasi di Jakarta Selatan dan diberi nama Toko Cokelat. Toko inilah yang kini disebut sebagai Dapur Cokelat.

Penghargaan dan Langganan Istana Negara

Salah satu kreasi cokelat di Dapur Cokelat. (Dok. Dapur Cokelat)
Salah satu kreasi cokelat di Dapur Cokelat. (Dok. Dapur Cokelat)

Perjalanan Ermey di industri pastry sudah tidak diragukan lagi. Bahkan, berbagai penghargaan sudah ia raih baik di bidang kuliner maupun bidang wirausaha.

Salah satunya, ia berhasil menyabet penghargaan sebagai inspirasi kartini modern hingga perempuan inspirasi Indonesia 2019, versi IPEMI (Ikatan Pengusaha Muslimah Indonesia).

Sedangkan di bidang kuliner, di 2019 Ermey dengan Dapur Cokelatnya jadi official partner open house Istana Negara Republik Indonesia.

Di tahun yang sama, Dapur Cokelat juga ditunjuk sebagai official partner HUT ke-74 di Istana Negara. Hingga akhirnya, Dapur Cokelat kini jadi langganan mendapat pesanan sajian untuk tamu negara dari dalam dan luar negeri.

"Selain kisah di Istana, ada juga pengalaman berangkat ke luar negara mewakili Indonesia untuk pemeran cokelat di Paris 2017, dan membawa beragam cokelat motif batik," cerita Ermey.

Pandemi, Tak Bisa Tidur 3 Hari Sebelum Merumahkan Puluhan Karyawan

Aneka menu di Dapur Cokelat. (Dok. Dapur Cokelat)
Aneka menu di Dapur Cokelat. (Dok. Dapur Cokelat)

Sudah berdiri 19 tahun lamanya ternyata tidak jadi jaminan Dapur Cokelat tidak goyah terhantam pandemi Covid-19, yang akhirnya membuat produsen snack cokelat itu harus merumahkan 30 hingga 40 karyawannya.

Ermey mengaku sempat tidak bisa tidur selama tiga hari karena harus menyampaikan keputusan berat, yakni merumahkan puluhan karyawannya.

"Saat itu, 2020 lalu saat usia Dapur Cokelat berusia 19 tahun, dipaksa berinovasi menghadapi dua badai besar, salah satunya dipaksa beralih ke platform digital," ujar Ermey.

Tragedi merumahkan puluhan karyawannya tidak lantas membuat Ermey dan timnya patah arang, melainkan terus mencari jalan keluar dengan kreativitas. Salah satunya membentuk produk cokelat siap masak, yaitu Pemix yang dilengkapi resep asli Dapur Cokelat.

Ini dilakukan karena banyak pelanggan yang takut untuk keluar rumah, termasuk ke toko Dapur Cokelat dan takut memesan makanan dari luar. Sehingga kebanyakan masyarakat, lebih pilih membuat sendiri makanan di rumah.

"Akhirnya kita juga riset cara makan kue tetap safety dengan cara buatan sendiri di rumah. Resepnya tetap dari Dapur Cokelat," tutur Ermey,

Adapun produk Pemix hadir dalam bentuk pouch berisi bahan-bahan siap masak cokelat, dipacking dengan bahan khusus dan siap antar ke seluruh wilayah Indonesia.

Produk premix ini bisa dipesan melalui seluruh platform e-commerce, dan terbukti menjadi produk yang sangat diminati masyarakat Indonesia, bahkan dipesan hingga ke Papua.

"Premix ini sangat laku, dan menolong kita di masa pandemi. Bahkan sampai membuat kapasitas produksi kita tidak mencukupi, karena permintaan yang cukup tinggi, jadi supply kita tidak mencukupi," tutur Ermey.

Karena permintaan yang tinggi itu, Dapur Cokelat pun memperbaharui kapasitas mesin sehingga bisa menjawab semua permintaan dari pelanggan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI