Survei: 47 Persen Pengguna Medsos Percaya Influencer Bantu Mereka Lari dari Kenyataan

Sabtu, 09 Oktober 2021 | 19:48 WIB
Survei: 47 Persen Pengguna Medsos Percaya Influencer Bantu Mereka Lari dari Kenyataan
Ilustrasi media sosial. [Unsplash]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sebuah studi global terhadap lebih dari 15.000 orang di 25 negara dari Kaspersky menemukan bahwa hampir setengah (47%) pengguna media sosial percaya bahwa influencer yang mereka ikuti telah memberi mereka pelarian dari kenyataan.

Jumlahnya relatif lebih tinggi untuk Asia Tenggara, dimana wilayah ini menjadi yang pertama kali dilanda pandemi di luar Cina pada tahun 2020. Seperti, lebih dari tiga dari lima (61%) responden Asia Tenggara mengakui bahwa influencer membantu mereka melupakan dan melarikan diri dari kenyataan.

Secara global, setidaknya lebih dari satu dari lima (21%) percaya bahwa mereka 'bisa berteman' dengan influencer yang mereka ikuti, dengan data Asia Tenggara dua digit lebih tinggi dari rata-rata global sebesar 31%. Selain itu, 22% responden global juga mengaku telah mengirim pesan pribadi ke influencer.

Terlepas dari sebagian besar fenomena virtual dari hubungan ini, lebih dari sepertiga (34%) pengguna media sosial bahkan telah bertemu dengan beberapa influencer yang mereka ikuti dalam kehidupan nyata, dan persentase tinggi sebesar 56% di wilayah Asia Tenggara.

Baca Juga: Kini, Siapapun Bisa Jadi Influencer untuk Promosikan Produk Lokal!

Selama masa penguncian sosial di dunia berturut-turut, banyak yang menghabiskan waktu lama di rumah dan beralih ke teman virtual untuk menggantikan kehidupan sosial yang hilang. Jenis hubungan sepihak ini memiliki daya tarik yang kuat terhadap banyak orang.

Lebih dari tujuh dari 10 (77%) di sini mengatakan bahwa mereka banyak mendapatkan hal baru dari influencer yang mereka ikuti di berbagai bidang seperti kesehatan, hobi, gaya, dan berita. Lebih dari satu dari dua (55%) juga mengungkapkan bahwa mengikuti orang terkenal secara online telah memberikan mereka sebuah hubungan yang tidak pernah didapatkan sebelumnya dengan orang lain.

Hampir setengah (44%) mengatakan mereka 'bergantung' pada konten influencer dan hampir dua dari 10 (17%) bahkan mengatakan mereka merasa hampa jika tidak memiliki keterlibatan dengan influencer.

Sementara hubungan parasosial ini memang ada, pengguna media sosial di Asia Tenggara juga melakukan tindakan untuk dapat berhubungan dengan influencer yang mereka ikuti. Banyak yang mencari kontak langsung dengan cara mengomentari posting influencer (46%) atau memberikan reaksi terhadap posting atau cerita mereka (39%).

Layaknya penggemar terhadap idola, pengguna media sosial di sini juga berinteraksi dengan influencer dalam berbagai cara seperti menghadiri acara yang mereka selenggarakan (19%), mengirim fan-art (16%), mengirim pesan secara pribadi (15%), berhubungan melalui pesan pribadi (15%), email (15%) dan bahkan menelepon influencer atau agensi mereka secara langsung (12%).

Baca Juga: Cara Mengatasi Instagram Error Tidak Bisa Dibuka

Di sini menjadi jelas bahwa media sosial merupakan bagian penting bagi banyak orang selama pandemi, dengan hampir enam dari 10 (59%) secara global mengatakan media sosial telah menyediakan koneksi penting bagi mereka selama pandemi. Angka ini tertinggi di kalangan kelompok muda berusia 18-34 tahun (71%), yang cukup mengandalkan media sosial untuk konektivitas.

Orang-orang di Vietnam (94%) dan Afrika Selatan (79%) adalah yang paling mungkin menganggap media sosial merupakan koneksi penting bagi mereka, meskipun sepertiga orang di seluruh dunia (33%) mengatakan mereka menjadi kurang toleran terhadap orang-orang di media sosial selama pandemi.

“Meskipun lebih dari setengah (56%) orang telah aktif di media sosial selama lebih dari satu dekade, banyak dari kita masih mencari tahu bagaimana untuk menyeimbangkan hal positif dari media sosial dengan yang negatif,” kata David Emm, peneliti keamanan utama di Kaspersky.

“Hubungan parasosial ini sering kali dapat menyebabkan terlalu banyak berbagi atau oversharing di media sosial, karena orang-orang ingin terus mengembangkan hubungan ini. Namun, di sisi lain ini juga dapat menyebabkan sejumlah besar konsekuensi negatif dan tak terduga, seperti upaya peretasan dan phishing, doxing dan intimidasi, merugikan reputasi online, dan lain lain,” tambahnya.

Untuk itulah, Kaspersky juga meluncurkan ‘ShareAware Hub’, di mana orang dapat menemukan tips praktis untuk membantu mereka menikmati media sosial dengan aman.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI