Produktif atau Toxic Productivity? Yuk Cari Tahu di Sini!

Vania Rossa Suara.Com
Jum'at, 08 Oktober 2021 | 13:22 WIB
Produktif atau Toxic Productivity? Yuk Cari Tahu di Sini!
Ilustrasi Produktif. [pexels.com]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Setelah setahun menjalani kehidupan di masa pandemi, kamu jadi ingin melakukan sesuatu yang lebih produktif, agar waktu berleha-leha di rumah tidak terbuang sia-sia.

Tak sedikit mereka yang kemudian memilih untuk melakukan hal-hal produktif dalam satu hari secara sekaligus, seperti belajar bahasa asing, mengerjakan berbagai macam project, atau meeting tanpa henti.

Kamu mengira, apa yang kamu lakukan itu produktif. Padahal, ada batas yang jelas antara menjadi produktif dan toxic productivity — dan barangkali, kamu mengalami jenis produktivitas yang kedua.

Tanda-tanda kamu mengalami toxic productivity
Pada umumnya, toxic productivity adalah istilah lain dari “overworking”, “workaholic”, dan kata-kata yang menggambarkanmu sebagai pribadi yang terlalu banyak bekerja hingga mengesampingkan istirahat.

Baca Juga: Punya Banyak Waktu Luang Justru Bikin Kesejahteraan Subjektif Menurun, Kok Bisa?

Graheta Rara Purwasono, M.Psi, psikolog, salah satu psikolog Riliv, mengatakan, “Toxic productivity itu memunculkan rasa bersalah kalau tidak mengerjakan sesuatu. Ujung-ujungnya, mengalami burnout yang membahayakan kesehatan, dan itu harus dihindari.”

Pada akhirnya, tidak ada quality time bersama teman dan keluarga buatmu — apalagi, waktu untuk me-time — karena kamu terlalu sibuk untuk bekerja setiap saat.

Namun, jangan khawatir. Selalu ada solusi untuk segala permasalahan, termasuk toxic productivity. Ini dia, mengutip siaran tertulis yang diterima Suara.com.

1. Buat batasan yang jelas
Ketika pekerjaan adalah satu-satunya hal yang berputar dalam pikiranmu, maka sulit untuk memikirkan hal lain yang sama pentingnya.

Apa contohnya? Mendapatkan istirahat yang berkualitas, atau menghabiskan waktu bersama keluarga terkasih.

Baca Juga: 3 Tips Ampuh Mengembalikan Semangat Bekerja, Supaya Performa Maksimal!

Nah, kamu bisa menentukan batasan yang mengubah mindset-mu dari yang hanya memikirkan pekerjaan ke hal-hal lain yang berarti dalam hidup, seperti:

  • Tidak boleh bekerja selama tiga jam tanpa diselingi break
  • Harus quality time dengan keluarga di minggu ini
  • Harus tidur cukup selama 8 jam setiap hari

2. Terapkan “professional detachment
Ini khusus buat kamu yang meeting lima kali dalam sehari, atau lebih. Ingat, ada yang lebih penting daripada pekerjaan, dan itu adalah kesehatan fisik dan mentalmu sendiri.

Pahami bahwa menjadi pekerja bukanlah identitasmu satu-satunya. Kamu bukan hanya seorang pekerja, tetapi juga orangtua, pacar, teman, dan lain sebagainya.

Saat kamu menerapkan “professional detachment”, kamu memperlakukan pekerjaan sebagai sesuatu yang akan kamu tangani setelah menjalankan tanggung jawab lain di luar itu.

3. Praktikkan mindfulness
Sudah bukan menjadi rahasia lagi kalau mindfulness dapat membantumu berhubungan dengan dunia dengan cara yang lebih sehat.

Melalui mindfulness, kamu akan lebih mudah untuk menyadari apa yang dibutuhkan oleh tubuh dan pikiranmu—dan hal itu bukan toxic productivity.

Kamu dapat menerapkan mindfulness dengan meditasi di Riliv Hening. Mudah dan praktis. Hanya perlu duduk diam, pejamkan mata, dan pikiranmu akan dijernihkan.

Mulai sekarang, yuk, tinggalkan toxic productivity. Produktivitas yang baik adalah produktivitas yang memberimu waktu untuk beristirahat, dan pada saat yang bersamaan, mendorongmu untuk mencapai tujuan dengan cara yang sehat!

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI