Suara.com - Baru-baru ini ramai mengenai temuan teluk Jakarta yang mengandung Pracetamol. Penelitian dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menemukan bahwa konsentrasi kandungan paracetamol tersebut relatif tinggi, yakni 420-610 nanogram per liter.
Bukan hal baru mengetahui perairan sungai maupun teluk di Jakarta telah tercemar. Terlihat dari warnanya yang hitam serta tumpukan sampah, air tersebut tentu tidak layak dikonsumsi manusia.
Belum bisa dipastikan dengan jelas kandungan paracetamol tersebut dari mana. Namun secara teori, pencemaran air bisa terjadi karena berbagai hal.
Dikutip dari Ruang Guru, penyebab pencemaran air bisa disebut dengan sumber polutan. Ada polutan dari limbah industri, limbah rumah tangga, dan limbah pertanian. Berikut penjelasan lebih detail:
Baca Juga: Diteliti Dulu, Pemprov Sebut Kandungan Parasetamol di Laut Jakarta Belum Tentu Berbahaya
1. Limbah Industri
Air limbah dari hasil pengolahan industri ini cenderung mengandung zat berbahaya. Biasanya industri dari pabrik tekstil atau pabrik kertas yang paling banyak menjadi polutan. Jenis limbah dari kedua pabrik tersebut memiliki bau yang tidak sedap
Limbah dari industri tekstil dan kertas disebut dengan limbah organik. Pada industri kertas, limbah dihasilkan dalam bentuk bubur kertas yang jika dibuang sembarangan bisa menyebabkan sumbatan pada sungai.
Lain halnya dengan limbah pabrik baja, pabrik cat, dan pabrik farmasi. Limbah dari jenis pabrik itu berupa cairan panas, berbusa, mengandung asam belerang dengan bau yang menyengat. Sehingga termasuk limbah anorganik.
2. Limbah Rumah Tangga
Baca Juga: Pemprov DKI Belum Pernah Cek Kandungan Paracetamol di Laut Ancol
Limbah rumah tangga berasal dari hasil kegiatan perumahan seperti rumah tangga, pasar, perkantoran, rumah makan, dan puing bahan bangunan. Limbah rumah tangga terbagi atas bahan organik, anorganik, dan bahan berbahaya lainnya.
Limbah organik seperti kulit buah, sayuran, sisa makanan, daun, dan sebagainya. Limbah anorganik contohnya alumunium, plastik, kaca, kaleng minuman. Sementara limbah berbahaya lainnya bisa berwujud oli bekas yang ada di bengkel kendaraan.
3. Limbah Pertanian
Sektor pertanian juga bisa menghasilkan limbah, yakni penggunaan pupuk dan bahan kimia, seperti insektisida. Bahan kimia tersebut memang berfungsi sebagai pembasmi hama, namun lantaran berbahan dasar dari obat-obatan tentu ada efek sampingnya untuk kesehatan.
Paparan insektisida yang berlebihan bisa menyebabkan pertumbuhan kelenjar tiroid meningkat pada manusia.
Cara Penanggulangan Pencemaran Air
Penanggulangan pencemaran air tidak bisa dilakukan sembarangan. Berikut ini sejumlah cara penanggulangan pencemaran air yang bisa dilakukan:
1. Pembuatan kolam stabliisasi
Pada kolam stabilisasi ini air limbah diolah secara alami. Hal itu dilakukan untuk menetralisasi zat-zat pencemar sebelum dialirkan ke sungai.
2. IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah)
Pengolahan air limbah dengan IPAL menggunakan alat-alat khusus dan menggunakan tiga tahapan, yakni primary treatment (pengolahan pertama), secondary treatment (pengolahan kedua), dan tertiary treatment (pengolahan lanjutan).
3. Pengelolaan Excrexta (Human Excreta)
Pengelolaan ini dapat ditemukan dalam septictank yang bisa diolah dengan cara anaerobik menjadi biogas. Setelah itu bisa dimanfaatkan sebagai sumber gas untuk rumah tangga.
Daam menangani limbah baik dalam bentuk padat atau cair tetap memperhatikan prinsip ekologi yang dikenal dengan 4R. Yakni, recycle (daur ulang), reuse (penggunaan ulang), reduce (pengurangan penggunaan), dan repair (perbaikan).