Suara.com - Pandemi Covid-19 membawa perubahan baru dalam masalah kesehatan dan kecantikan yang dialami oleh perempuan.
Salah satunya adalah meningkatkan masalah kulit wajah seperti jerawat, yang terjadi karena pemakaian masker yang diwajibkan di tempat-tempat umum.
Dokter kecantikan di klinik A-ONE Jakarta dr. Ina mengatakan, kebanyakan orang mengalami masalah jerawat di wajah akibat kurang menjaga kebersihan.
"Karena selalu pakai masker dan kurang jaga higienis, jadi satu masker pakai seharian, lalu sampai rumah lupa cuci wajah, ada juga yang seperti itu," ucapnya dalam konferensi pers di Robot & Co, Pacific Place Mall, Jakarta, Senin (27/9/2021).
Baca Juga: Guru Ngeyel Mengajar Tanpa Masker, Gibran Langsung Swab Ratusan Siswa SD, Ini Hasilnya!
Ia mengingatkan, seharusnya masker hanya dipakai maksimal empat jam per hari, setelah itu harus diganti. Sebab, jika satu masker dipakai terlalu lama, berisiko terjadi penumpukan bakteri yang bisa keluar masuk dari hidung dan mulut.
"Kedua menjaga kebersihan kulit muka. Jadi setelah pulang ke rumah kita cuci muka. Cuci muka tiga kali sehari itu it's ok, gak apa-apa" ujar dokter Ina.
Selain masalah jerawat, keluhan lainnya biasanya wajah kusam dan terasa kurang glowing. Menurut dokter Ina, kondisi itu biasanya disebabkan perawatan harian di rumah yang jarang dilakukan. Sehingga kebersihan kulit juga tidak diperhatikan.
Jika seperti itu, dokter klinik biasanya akan menyarankan untuk dilakukan perawatan berupa facial hingga laser, tergantung dari tingkat masalah kulit wajah.
Bukan hanya persoala wajah, kenaikan berat badan juga jadi salah satu masalah penampilan yang terjadi akibat pandemi Covid-19. Dokter Ina mengatakan, tak sedikit pasiennya datang mengeluh alami kenaikan berat badan hingga 3-5 kilogram akibat terlalu lama di rumah.
Baca Juga: Bak Cucian Belum Kering, Penumpang Syok Lihat Masker Bergelantungan di Kabin Taksi Online
Klinik A-ONE sendiri menyediakan treatment mesotheraphy untuk tubuh juga wajah dengan cara injeksi untuk melarutkan sel lemak secara permanen.
"Ada juga yang non injection, kita punya mesin untuk membantu kurangi diameter. Tapi balik lagi sebenarnya harus konsultasi untuk perubahan pola makan juga. Karena percuma kalau perawatan tapi makannya masih sembarangan," ujarnya.