Tren Belanja Online Naik, Pelanggan Perlu Makin Cerdas dan Hati-hati, Kenapa?

Bimo Aria Fundrika Suara.Com
Jum'at, 24 September 2021 | 21:35 WIB
Tren Belanja Online Naik, Pelanggan Perlu Makin Cerdas dan Hati-hati, Kenapa?
Ilustrasi Belanja Online. (freepik)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pandemi Covid-19 tidak hanya berpengaruh pada sektor kesehatan, tapi juga sektor ekonomi. Menariknya, kecenderungan masyarakat untuk belanja melalui platform digital semakin meningkat.

Menurut laporan oleh Hootsuite dan We Are Social bertajuk “Digital 2021”, lebih dari 87% pengguna internet di Indonesia membeli beragam produk secara online pada beberapa bulan terakhir di penghujung tahun 2020.

Hal ini dipermudah dengan berbagai perangkat elektronik, yang penggunaanya pun meningkat tajam selama pandemi.

Belanja online menawarkan proses pembelian barang yang lebih praktis, diskon menarik, hingga pembayaran atau transaksi yang jauh lebih mudah.

Baca Juga: Empat Belanja Sektor Kesehatan yang Jadi Prioritas Pemerintah

Hadirnya platform pembayaran digital ikut serta meningkatkan tren belanja online. Berdasarkan survey oleh Bank Indonesia (BI), volume transaksi digital banking terus berkembang, yaitu tumbuh 42,47 persen per tahun, mencapai 553,6 juta transaksi pada Maret 2021.

Ilustrasi Belanja Online. (freepik)
Ilustrasi Belanja Online. (freepik)

“Saat ini, belanja online menjadi pilihan tepat untuk memenuhi keperluan keluarga dan pribadi. Selain praktis dan mudah, belanja online memungkinkan kita untuk melindungi diri dan keluarga di masa pandemi ini karena kita tidak perlu bepergian ke luar rumah untuk mencari kebutuhan”, jelas Karin Zulkarnaen, Chief Marketing Officer Allianz Life Indonesia dalam keterangannya, Jumat, (24/9/2021). 

Namun, masih banyak masyarakat yang belum memahami betul cara berbelanja online yang benar dan aman.

Meningkatnya tren berbelanja online perlu diiringi dengan perilaku konsumen yang lebih cerdas saat membeli barang dan jasa, untuk menghindari berbagai kerugian serta meningkatkan literasi terhadap platform digital.

Dalam mewujudkan kecerdasan berbelanja online, konsumen perlu mewaspadai tipuan. Melalui kanal Youtube Teknobie, online business expert Michael Sugiharto menyatakan bahwa konsumen seharusnya tidak mudah percaya dengan harga yang terlalu murah.

Baca Juga: Tren dan Perilaku Belanja Konsumen Pada 9.9: Merk Lokal Bersinar!

Michael menyarankan untuk membandingkan harga dengan lapak lainnya, pastikan tidak jauh berbeda. Selanjutnya, perhatikan perilaku penjual. Jika berniat menipu, biasanya penjual memaksa pembeli untuk segera membayar.

Pembeli juga dapat memastikan jejak digital penjual, contohnya dengan pengecekan nomor rekening penjual di situs milik Kominfo, cekrekening.id. Di tengah kemudahan transaksi online saat ini, pembeli juga berkewajiban mewaspadai ancaman kebocoran data.

Pengamat IT sekaligus CEO & Chief Digital Forensic Indonesia, Ruby Alamsyah, menyatakan bahwa kebocoran bisa terjadi akibat pihak peladen atau pengguna. Selain pihak aplikasi, pengguna perlu mengamankan data dan akunnya.

Ruby menjelaskan bahwa pengguna sebaiknya mencari tahu jenis autentifikasi aplikasi yang diunduh, menggunakan kata sandi yang tidak mudah dilacak, serta menghindari pengunduhan aplikasi yang tidak resmi.

Selanjutnya, sistem operasi aplikasi gadget dan PC sebaiknya diperbarui secara berkala. Sebagai perusahaan asuransi, Allianz pun turut mendukung mudahnya transaksi secara online dan digital bagi para nasabahnya.

Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Bain & Company di tahun 2020, pasca pandemi, ada tiga hal yang menjadi faktor utama dalam memilih dan membeli produk asuransi, yaitu harga, akses, serta fleksibilitas untuk memilih produk yang sesuai dengan kebutuhan dan daya beli nasabah.

Untuk itu, Allianz menghadirkan OptimAll, portal distribusi asuransi digital yang menyediakan berbagai pilihan produk, salah satunya yaitu Asuransi Kesehatan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI