Suara.com - Nama Linda Amalia Saria Gumelar, atau Linda Gumerlar selama ini terkenal sebagai Pendiri Yayasan Kanker Payudara Indonesia. Lewat organisasi tersebut, ia banyak mengedukasi masyarakat dan membantu perempuan yang mengalami penyakit kanker payudara.
Tapi, tidak banyak yang tahu perjalanannya dalam mendirikan organisasi tersebut. Teryata semua itu berasal dari pengalaman prubadinya.
Ia mengaku pernah mengalami titik terendah dalam hidup, tepatnya sekitar 25 tahun silam kala dirinya divonis menderita kanker payudara. Sementara saat itu dia dan sang suami, Agum Gumelar tengah menikmati kesuksesan dalam karier.
"Saat itu usia saya 46 tahun karier sedang moncer, jadi anggota DPR dan memimpin organisasi Kowani, sementara itu Pak Agum juga sedang memiliki karier bagus di kesatuannya. Tiba-tiba vonis itu datang, hal itu membuat saya syok," kenang Linda.
Baca Juga: 7 Manfaat Tomat untuk Wajah, Mengatasi Komedo hingga Melembapkan Kulit
Selama 2 minggu, lanjut Linda dirinya hanya berdiam diri di kamar dan tidak mau bertemu orang. Syukurnya ia mendapatkan dukungan yang luar biasa dari sang suami dan anak-anak yang menguatkan.
"Selain itu saya juga ingat pesan Ibu saya bahwa menjadi perempuan itu harus tangguh dan mandiri,” kata Linda, mengenang.
Istilah wanita 'di sudut ruangan' menurut Linda adalah gambaran perempuan yang tengah terpuruk dan hanya meratapi nasibnya. Istilah tersebut diperolehnya dari sebuah nasehat yang disampaikan salah seorang sahabat terbaiknya.
"Beliau menasehati saya, jangan mau menjadi perempuan yang hanya terdiam di sudut ruangan. Menurut beliau, perasaan sedih, marah, kecewa, syok adalah hal yang lumrah terjadi pada saat seseorang mendapatkan sebuah peristiwa tidak mengenakkan dalam hidupnya," ungkap dia lagi.
Meksi begitu, jangan terlalu larut dalam suasana kesedihan itu, bangkitlah berdiri. Lakukan sesuatu untuk segera lepas dari keterpurukan itu.
Baca Juga: Jokowi Serahkan Bantuan Rp 100 Juta untuk Verawaty Wiharjo, Jamin Biaya Pengobatan
Usai mendengar nasihat tersebut, Linda segera bangkit, segera memiliki keputusan untuk pergi melakukan pengobatan ke Belanda. Karena pada saat itu, kata dia fasilitas pengobatan kanker payudara di dalam negeri masih terbilang langka.
"Waktu itu saya mengikuti jejak sahabat saya, Mba Rima Melati yang sudah sembuh dari kanker payudara, dia melakukan pengobatan ke sebuah rumah sakit di Belanda," ujarnya.
Pada saat itu, dirinya bernazar, apabila Allah masih berikan dirinya umur yang panjang, ia berjanji akan bermanfaat untuk orang lain, khususnya kaum perempuan untuk dapat sembuh dari kanker payudara.
"Alhamdulillah, qadarullah saya diberi kesembuhan, seperti doa saya agar dapat mendampingi suami dalam kariernya, mendampingi anak-anak hingga menyelesaikan sekolah, dapat menimang cucu. Sudah 25 tahun berlalu, saat ini usia saya sudah menjelang 70 tahun,” ujar Linda, lagi.
Saat ini melalui Yayasan Peduli Kanker Indonesia, Linda berkiprah memberi edukasi, pendampingan kepada pasien kanker untuk tetap bersemangat mengejar kesembuhan.