Suara.com - Indonesia terkenal sebagai negara pertanian, karena memiliki lahan perkebunan yang luas. Dalam dunia pertanian dikenal dengan istilah Revolusi Hijau.
Revolusi hijau ini disebut-sebut menjadi cikal bakal kemajuan sektor pertanian jadi lebih maju dan berkembang, serta tidak lagi menggunakan cara-cara lama.
Lantas, pertanyaanya apa itu revolusi hijau?
Mengutip Ruang Guru, Rabu (23/9/2021) revolusi hijau adalah sebuah usaha dalam mengembangkan teknologi pertanian yang bertujuan untuk meningkatkan produksi pangan.

Sehingga, dengan kata lain revolusi ini mengubah pertanian yang sebelumnya menggunakan teknologi tradisional, menjadi pertanian dengan teknologi modern.
Filsuf Thomas Robert Malthus mengatakan bahwa revolusi hijau terjadi karena semakin meningkatnya jumlah penduduk di dunia, namun tidak diiringi dengan peningkatan jumlah produksi pangan.
Dalam teorinya Malthus berpendapat bahwa, pertumbuhan penduduk mengikuti deret ukur 1, 2, 4, 8, 16, 32, 64 dan seterusnya. Sedangkan hasil pertanian mengikuti deret hitung 1, 3, 5, 7, 8, 11, 13, dan seterusnya.
Sehingga untuk mengatasi pertumbuhan penduduk dan hasil pertanian yang tidak selaras, ada beberapa lembaga yang melakukan penelitian seperti Ford Foundation dan Rockerfeller Foundation.
Lembaga-lembaga tersebut melakukan penelitian di negara-negara berkembang. Meksiko, Filipina, India, dan Pakistan menjadi objek penelitian mereka. Kita ambil contohnya di negara Meksiko dan Filipina.
Baca Juga: Saksi Ahli dari IPB dan UI Diperiksa Polda Metro Soal Kebakaran Lapas Kelas I Tangerang
Di 1944, ada sebuah pusat penelitian bening jagung yang didukung Rockerfeller Foundation.