Suara.com - Indonesia memiliki potensi lebih dari 60 persen atau 37 juta Usaha Mikro Kecil dan Menengah atau UMKM Indonesia yang dikelola perempuan, dengan 10 juta di antaranya adalah UMKM bisnis kuliner.
Tapi sayangnya, beberapa survei menemukan UMKM yang digeluti sulit untuk berkembang dan menjadi lebih besar. Padahal niat dan tekad para perempuan sudah cukup kuat, lantas apa penyebabnya?
Director & Chief Risk and Sustainability Officer, Amartha, Aria Widyanto, mengungkap ternyata ada dua faktor besar UKKM bisnis kuliner para perempuan sulit berkembang, yakni kesulitan mengakses modal dan rendahnya literasi digital.
"Salah satu faktor yang pernah kami riset terkait kendala bagi pengusaha mikro terutama akses permodalan," ungkap Aria dalam acara peluncuran Festival Foodpreneur Besinar Sunlight, Jumat (17/9/2021).
Baca Juga: Byurger Digandeng LandX Siap Ekspansi Besar-Besaran
Selain permodalan dalam bentuk dana, banyak juga pengusaha UMKM bisnis kuliner yang mendapatkan akses permodalan tapi tidak didampingi dalam mengelola keuangan.
Sehingga agar usaha terus berkembang, pengusaha UMKM bisnis kuliner perlu mendapat bimbingan dalam rentang minimal 6 bulan hingga satu tahun.
"Didampingi dalam hal literasi keuangan, bagaimana mengelola keungan untuk pengembangan bisnis pengusaha mikro yang baik," jelas Aria.
Selanjutnya faktor kedua, literasi digital yang tak dapat dipungkiri sangat dibutuhkan di masa kini. Lantaran semakin banyak konsumen yang melek teknologi, dan akrab berbelanja online.
Sehingga pengusaha UMKM bisnis kuliner perlu diajarkan cara memasarkan secara online di media sosial, termasuk cara menggunakan platform e-commerce atau marketplace dan membuat toko online di sana.
Baca Juga: Festival Foodpreneur Bersinar Dukung Perempuan Indonesia Jadi Pengusaha Kuliner Digital
"Nah, dengan kita memberikan pelatihan, berjualan online, kemasannya dibantu jadi lebih baik, packaging diperbaiki. Kemudian bisa dijual di platform online, ini bisa menambah akses pasar," jelas Aria.
Lewat literasi digital juga, nantinya kuliner tidak hanya terkenal di satu daerah saja tapi bisa diperluas ke beberapa daerah, karena performa dan review yang bagus dari konsumen.
"Ketika seorang pengusaha kuliner memiliki masakan enak, tetapi hanya dikenal satu kampung saja, itu karena belum paham literasi digital untuk bisnis," pungkas Aria.