Pandemi Covid-19 BIkin Promosi Destinasi Wisata Mesti Beralih ke Digital

Bimo Aria Fundrika Suara.Com
Kamis, 16 September 2021 | 12:45 WIB
Pandemi Covid-19 BIkin Promosi Destinasi Wisata Mesti Beralih ke Digital
Aplikasi online travel [shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pandemi Covid-19 membuat nyaris seluruh sektor terdampak, termasuk jual beli dan pariwisata. Meski sektor pariwisata perlahan bangkit, tapi belum bisa berjalan seperti sebelum pandemi.

Oleh karena itu, Ketua Bidang SDM dan Litbang DPP Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (Asita) Masrura mengatakan bahwa strategi promosi pariwisata harus sepenuhnya beralih ke digital.

Karena saat ini paket wisata tidak lagi dicari di brosur atau pamflet. Semua paket wisata sudah bisa ditemukan di internet.

"Salah satunya kita harus masuk ke ekosistem. Dengan masuk ke ekosistem kita hanya di satu tempat, tempat itu yang akan mempromosikan,” ujar Masrura dalam keterangannya, Kamis, (16/9/2021).

Baca Juga: Perekonomian Nasional Pasca Covid-19 Melemah, Simak 5 Strategi Pemulihannya

Ilustrasi bandara. 

Selain itu, Asita juga membuat ekosistem khusus pariwisata sebagai salah satu upaya menjangkau pasar yang lebih luas di dunia digital. Sehingga memudahkan bagi pelaku usaha untuk kembali mempromosikan jasanya.

“Berjualan lewat online kuncinya adalah komitmen dan kepercayaan. Kita harus mendeskripsikan sedetail mungkin apa yang ditawarkan. Sehingga pembeli akan percaya dan kembali lagi membeli produk kita,” jelas Masrura.

Sementara itu, CEO WASD Labs Ahyar Muawwal menyatakan, bagi pemula yang mau berbisnis di internet, harus menentukan segmentasi produk. Selain itu, kualitas produk yang dijual di market place juga harus menjadi perhatian.

"Kira-kira kalau saya jual produk A, dibutuhkan gak sama orang orang seperti apa. Segmentasinya harus diliat, umurnya dari berapa hingga berapa. Sehingga targetnya bisa dicapai dengan cepat,” ujar Ahyar.

Bagi pebisnis pemula Ahyar menyarankan menggunakan metode ATM (Amati, Tiru, Modifikasi). Meski meniru produk yang sudah ada, namun harus berinovasi sehingga memiliki nilai tambah untuk dijual.

Baca Juga: Ini 3 Destinasi Wisata di DIY yang Siap Dibuka Secara Terbatas Selama PPKM

Etika pemasaran di internet juga menjadi salah satu tips berjualan online. CEO of Rocketbee Marcella Eteng mengatakan terdapat sejumlah etika yang perlu diperhatikan berjualan online.

Seperti selalu bersikap ramah kepada pembeli, membalas semua pertanyaan yang diajukan pembeli, selalu menyapa dengan panggilan yang sopan, tidak menyelahgunakan data pembeli, jujur dalam menuliskan deskripsi dan pakcing barang dengan rapi.

Marcella menambahkan, sejumlah etika yang kurang baik saat berjualan online bisa merugikan penjual.

"yang tidak etis adalah menggunakan foto orang lain. nah sering banget ini terjadi. Jual buku yang sama tapi karena kita gak pintar foto, kita ambil foto orang lain. itu kan tidak etis banget. itu karya orang lain loh. itu jangan pernah deh dilakuin,” ujar Marcella.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI