Suara.com - Banyak pelaku usaha kuliner yang bergabung di marketplace atau e-commerce merasa terlanjur tenang, dan berpikir hanya tinggal menunggu pesanan.
Padahal pelaku usaha juga perlu waspada dan mengenali 'jebakan' menyakitkan marketplace karena dianggap bisa menganggu kelancaran bisnis yang dilakukan.
Penasaran, apa saja 'jebakan' marketplace yang harus diwaspadai? Berikut ulasannya, mengutip siaran pers Foodizz, Rabu (8/9/2021).
1. Salah pilih platform
Pelaku usaha kuliner jangan pernah menganggap semua platform marketplace atau e-commerce itu sama. Ternyata, setiap e-commerce sudah mengincar segmen tertentu sebagai target pasar utama.
Baca Juga: Izin Usaha Dibekukan, Aktivitas di Holywings Tavern Tampak Sepi
Jadi, apabila produk kuliner cenderung diperuntukan bagi lelaki, maka jangan aneh jika penjualan sangat sedikit alias seret, lantaran platform didominasi pengunjung perempuan.
2. Tidak punya target market spesifik
Meski produk cenderung universal, tapi sangat penting bagi pelaku usaha kuliner menetapkan target market yang spesifik dan jelas. Jika target pasar tidak jelas atau bahkan salah, maka bukan hal aneh jika pelaku usaha jauh dari kata untung.
Inilah mengapa sangat penting untuk menentukan target pasar sebelum memulai buka toko online di platform e-commerce. Pahami produk dan buatlah kriteria pembeli ideal sebagai target pasar produk kuliner yang dijual.
3. Tidak memiliki SOP pelayanan pembeli
Slow respon atau respon yang lama kerap membuat customer mengurungkan niatnya untuk membeli. Sehingga penting untuk memikirkan SOP atau standar operasional prosedur pelayanan pembeli.
Sehingga pastikan di e-commerce menyediakan fitur menjawab otomatis, yang bisa menginformasikan kapan pesan akan direspon dengan menjelaskan jam kerja operasional admin.
Baca Juga: Doa Kelancaran Usaha dan Rezeki Untuk Diamalkan Setiap Hari
4. Profil dan aturan toko yang ribet
Banyak platform e-commerce yang malah mempersulit penjual dan pembeli saat berbelanja atau memajang produk. Sehingga pelaku usaha kuliner perlu memastikan platform yang memudahkan pembeli untuk melihat foto profi toko, informasi, dan produk yang dijual.
Ini karena profil dan catatan toko bisa dioptimalkan untuk menonjolkan keunggulan toko, yang membuat konsumen rela melihat produk yang dijual di e-commerce.
5. Hanya andalkan marketplace
Diakui memang, pengunjung marketplace jumlahnya hingga jutaan kali dalam sehari, tapi tidak setiap saat konsumen membuka aplikasi marketplace. Konsumen malah cenderung lebih sering membuka media sosial, untuk melihat hiburan atau bahkan berbelanja.
Jadi, jangan hanya mengandalkan marketplace atau e-commerce, buat juga akun toko di media sosial sebagai referensi lain konsumen.
Lewat media sosial juga, pelaku usaha kuliner bisa melakukan branding, dan berinteraksi dengan lebih banyak orang. Lalu apabila tertarik membeli konsumen bisa membeli melalui toko yang ada di platform e-commerce.