Suara.com - Perkembangan dunia digital telah mendominasi sebaran informasi hingga membuat informasi cepat meluas. Dari banyaknya informasi yang tersebar, pasti ada saja informasi yang berisi konten menyesatkan.
Konten menyesatkan misalnya berita hoaks atau berita bohong, penipuan, pornografi, hingga konten yang berisi SARA.
Untuk terhindar dari informasi yang menyesatkan, maka perlu dilakukan analisis alias berpikir kritis saat membaca konten.
Dengan berpikir kritis, seseorang akan memahami kebenaran informasi, serta menyelidiki informasi lewat sumber yang kredibel. Baik itu informasi berupa tertulis, audio, visual, hingga video.
Baca Juga: Viral! Pasangan Gancet Saat Mesum, Bisa Lepas Setelah Ditolong Pak Ustad
Menurut Dosen Fisipol UGM Wisnu Martha Adiputra, untuk memahami sebuah konten, maka pentingnya membaca isi konten tersebut secara cermat.
"Kalau di era seperti sekarang, 70-80 persen informasi itu berasal dari media. Seperti Instagram dan Facebook misalnya. Dengan kemampuan berpikir kritis, itu berkaitan dengan kemampuan memilah," ungkapnya dalam acara Gerakan Nasional Literasi Digital 2021, Selasa (7/9/2021).
Lewat kemampuan memilah informasi secara kritis, seseorang akan mampu memilih dan mengevaluasi informasi tersebut sebelum disebarkan.
Selain itu, kemampuan berpikir kritis juga dapat memahami realitas serta konteks terkait isi konten.
"Bahkan informasi itu sangat banyak. Dan tidak semua informasi itu ternilai dan informatif bagi kita," ungkapnya lebih lanjut.
Baca Juga: Si Manis Kesayangan V BTS, Hari Ulang Tahun Yeontan Viral di Twitter
Hal yang perlu dilakukan selanjutnya, lanjut Wisnu, adalah menyeleksi informasi di media sosial.
Dengan kemampuan menyeleksi, seseorang dapat terhindar dari yang namanya informasi yang menyesatkan.
"Agar kita bisa membaca dan berpikir kritis, kita perlu menilai atas informasi yang beredar. Sehingga kita bisa menjalin pengetahuan dan referensi yang baik," ungkap Wisnu.