Suara.com - Menghadapi seseorang yang memiliki mental pesaing bisa sangat melelahkan. Meski baik untuk memaksimalkan potensi diri, namun bergelut dengan orang yang memiliki mental pesaing juga bisa menjerumuskan kita ke hal negatif.
Dikatakan sosok dengan mental pesaing umumnya akan menjebak Anda dalam jeratan permainannya. Diungkap oleh penulis buku Tony Ibrahim, berikut adalal lima tanda mental pesaing seperti yang dikutip dari bukunya yang berjudul Book of Toxic Relationship:
1. Provokatif
Untuk mendapatkan pengakuan dan mengalahkan lawan, orang dengan mental pesaing memilih menyerang lawan dengan nada provokatif. Tak hanya itu, Tony mengungkap orang bermental pesaing memiliki sifat yang sangat menjengkelkan.
"Dia juga paranoid, ofensif, memaksa, dan agresif. Selain itu, mereka juga konfrotantif, tidak dapat dipercaya, argumentatif, dan selalu mencari pertengkaran," ungkap lewat bukunya.
Baca Juga: Meski Berjaya di Amerika Serikat, Tesla Tak Berkutik di China
2. Mencari kesempatan untuk menjatuhkan lawan
Orang dengan mental pesaing kadang-kadang punya cara untuk menjatuhkan lawannya sendiri. Bagi mereka, hidup adalah kompetisi dan tidak akan terkalahkan oleh siapapun. Mulai dari mendapatkan pacar, suami, istri, pekerjaan, hingga pengakuan.
"Kalau Anda memberitahu seberapa keras bekerja hari ini, maka dia akan melampaui Anda dengan memberi tahu betapa kerasnya dia bekerja, terlepas dari banyak rintangan yang harus dia atasi," ungkap Tony.
3. Tidak ada waktu untuk bersantai
Jika sebagian orang mengisi waktu sebentar untuk bersantai, berbeda dari orang dengan mental pesaing. Bagi mereka, tidak ada waktu untuk bersantai. Mereka akan siap menerkam siapapun dan juga Anda. Tak hanya itu, Tony mengatakan mental pesaing juga selalu bersikap negatif terhadap orang lain. Hal ini terjadi karena mereka terlalu sibuk bersaing dengan orang lain.
4. Cenderung pamer dan riya
Dalam kehidupan si mental pesaing, mereka cenderung pamer dan riya, sehingga mereka menyombongkan diri tentang pencapaian dirinya di masa lalu dan masa kini. "Dia terus-menerus berusaha membuat Anda terkesan, betapa dia jauh lebih baik daripada Anda," ungkapnya.
5. Menyamar sebagai korban alias playing victim
Seseorang dengan mental pesaing juga cenderung menyamar sebagai korban alias playing victim. Saat menghadapi konflik atau konfrontasi misalnya, untuk mendapatkan kemenangan, ia menyamar sebagai korban dibanding pelaku saat konflik itu terjadi.
Baca Juga: Kerja Sama Indonesia - Jepang dalam Industri Otomotif Siapkan SDM Teknologi Skala Global