Simak Filosofi Klenteng, Tempat Ibadah Agama Konghucu yang Berwarna Merah

Arendya Nariswari Suara.Com
Minggu, 05 September 2021 | 09:51 WIB
Simak Filosofi Klenteng, Tempat Ibadah Agama Konghucu yang Berwarna Merah
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Indonesia memiliki keragaman agama dan kepercayaan yang dianut oleh penduduknya. Salah satu agama yang resmi diakui dan dianut sebagian masyarakat Indonesia adalah Konghucu. Seperti yang umumnya telah diketahui, nama tempat ibadah bagi masyarakat Tionghoa yang menganut agama Konghucu pada umumnya adalah Klenteng

Klenteng menjadi tempat ibadah untuk pemeluk Tridharma (tiga agama), yaitu Konghucu, Taoisme, dan Buddha. Ciri khasnya memiliki dua rupang (patung) yang berstatus sebagai tuan rumah. Untuk mengetahui lebih lanjut tentang tempat ibadah agama Konghucu ini, mari simak ulasan selengkapnya berikut ini.

Filosofi Klenteng

Suasana di Klenteng Hok Lay Kiong, Minggu (31/1/2021).[Suara/com/Antonio]
Suasana di Klenteng Hok Lay Kiong, Minggu (31/1/2021).[Suara/com/Antonio]

Klenteng merupakan nama tempat ibadah bagi masyarakat Tionghoa atau keturunan Tionghoa yang memeluk kepercayaan agama Konghucu. Ciri khas bangunan Klenteng yaitu didominasi oleh warna merah pekat. Warna merah mengandung filosofi kehidupan, yaitu Tuhan yang Maha Esa menciptakan manusia di dunia dengan sokongan darah yang berwarna merah.

Baca Juga: PA 212: Indonesia Masih Menjadi Surga Bagi Penista Agama

Perlu kamu ketahui, nama Klenteng bukan berasal dari bahasa asing, melainkan dari bahasa Jawa murni. Hal ini karena orang Jawa dalam memberi nama berdasarkan bunyinya yang paling mudah. Lonceng, alat pemanggil umat Konghucu, yang berbunyi ‘teng-teng’ dan menjadi asal kata klenteng.

Tempat ibadah Konghucu ini menghadap ke barat, sama seperti rumah ibadah muslim, namun bukan disebut kiblat. Klenteng yang dibangun di seluruh dunia dibangun atas dasar kedudukannya di suatu tempat. Bersandar pada daerah tinggi (semeru) dan menghadap ke area yang lebih rendah (batu). 

Pengurus Klenteng adalah setu, laki-laki. Tempat ibadah Klenteng setiap tahunnya menyelenggarakan hari raya keagamaan, seperti Tahun Baru Imlek, Cap Go Meh, Cheng Beng, Peh Cun hingga Membagikan Angpao.

Menjaga Kerukunan Antar Umat Beragama

Sebagai masyarakat Indonesia yang menjunjung nilai toleransi tinggi berdasarkan Pancasila, kita diharuskan hidup berdampingan secara harmonis, rukun, serta saling mendukung dan menopang. 

Baca Juga: Tempat Ibadah Ahmadiyah di Sintang Dirusak, Komnas HAM: Itu Pelanggaran HAM!

Hidup rukun dari pandangan agama Konghucu layaknya jari jemari yang memiliki nama dan tugasnya berbeda. Namun setiap jari jemari harus saling bersinergi, misalnya saja saat untuk menulis. 

Demikian ulasan tentang tempat ibadah Konghucu beserta filosofi yang dimilikinya.

Kontributor : Yulia Kartika Dewi

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI