Suara.com - Dalam sejarah peradaban negara, ada yang disebut dengan revolusi, yaitu suatu perubahan sosial dan kebudayaan yang terjadi dalam waktu yang cepat. Indonesia juga tidak lepas dari revolusi, yang dalam pelajaran sejarah dibahas dalam materi sejarah revolusi Indonesia. Meski menimbulkan korban jiwa, namun tidak dipungkiri revolusi kerap membawa arah peradaban negara jadi lebih baik.
Mengutip Ruang Guru, Kamis (2/9/2021) revolusi Indonesia tidak terlepas dari momen jatuhnya bom atom di Hiroshima dan Nagasaki, yang secara tidak langsung memberikan kesempatan bangsa Indonesia untuk menyatakan kemerdekaan dari penjajahan Jepang.
Jatuhnya bom atom di Hiroshima pada 6 Agustus 1945, seketika membuat kota tersebut lumpuh. Diperkirakan 90.000 hingga 146.000 orang tewas saat itu.
Selang tiga hari kemudian, bom atom pun kembali jatuh di kota Nagasaki, Jepang, dan menewaskan 39.000 hingga 80.000 orang. Akibat serangan yang dilakukan oleh sekutu, akhirnya Jepang menyerah tanpa syarat pada 15 Agustus 1945.
Melihat hal itu, golongan pemuda Indonesia tidak mau menyia-nyiakan kesempatan. Mereka kemudian menculik Soekarno dan Moh. Hatta lalu membawa keduanya ke Rengasdengklok, Jawa Barat. Soekarno-Hatta didesak untuk segera menyatakan kemerdekaan Indonesia.
Selang sehari setelah penculikan, pada tanggal 17 Agustus 1945, Soekarno membacakan teks proklamasi yang dirancangnya bersama beberapa tokoh, di rumah Soekarno.
Setelah proklamasi selesai dibacakan, dikibarkanlah bendera merah putih yang telah dijahit oleh ibu Fatmawati, istri dari Soekarno. Rakyat pun bersorak gembira menyambut kemerdekaan Indonesia.
Proses dimulainya revolusi Indonesia
Setelah gembira karena kemerdekaan, berselang beberapa hari kemudian Belanda kembali datang. Mereka berusaha menegakkan kembali kekuasaan di Indonesia.
Rakyat Indonesia pun tidak terima dan mulai melakukan perlawanan. Saat itulah perjuangan revolusi Indonesia dimulai.
Baca Juga: Mengenal Kerajaan Samudera Pasai, Kerajaan Islam Pertama di Indonesia, Sudah Tahu?
Sekutu (termasuk Belanda di dalamnya) membentuk suatu badan komando militer di Indonesia bernama Allied Forces for Netherland Indies (AFNEI).