Pengamat Ungkap Wisata Halal Sebagai Konsep Pariwisata Futuristik, Apa Maksudnya?

M. Reza Sulaiman Suara.Com
Senin, 30 Agustus 2021 | 17:28 WIB
Pengamat Ungkap Wisata Halal Sebagai Konsep Pariwisata Futuristik, Apa Maksudnya?
ilustrasi wisata halal. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Wisata halal menjadi salah satu jenis wisata baru yang berkembang di Indonesia.

Menurut pengamat, perkembangan wisata halal menandakan konsep pariwisata futuristik sudah ada hadir di Indonesia.

"Karena ada perubahan trend bahwa pariwisata masa depan itu adalah 'family tourism' dan 'friendly tourism', dan tidak lagi hanya sekadar 'fun tourism' atau kesenangan berwisata semata," kata mahasiswa doktoral Sekolah Pascasarjana IPB University Atang Trisnanto, M.Si, dilansir ANTARA.

Karena itu, kata dia, sebagai satu konsep wisata futuristik ke depan, maka hal itu yang akan bisa menjawab sebuah kebutuhan pariwisata di masa masa yang akan datang.

Baca Juga: 3400 Buruh DIY Di-PHK dan Dirumahkan Sejak PPKM Digelar Pada Juli, Pariwisata Paling Parah

Ia mengakui bahwa selama ini, meski kini sudah tidak menjadi perdebatan yang sengit, masih ada yang mengartikan wisata halal sebagai sebuah konsep Islamisasi regulasi ataupun Islamisasi konsep.

"Padahal wisata halal ini perlu dipahami sebagai sebuah konsep untuk menghadirkan keterpaduan sistem pariwisata yang bersih (clean), sehat (health), aman (safety) dan juga nyaman (comfort)," kata Atang yang saat ini juga Ketua DPRD Kota Bogor itu.

Keterpaduan sistem pariwisata itulah, kata dia, yang dalam konteks halal dimaksud, yakni memastikan bahwa tempatnya bersih, makanannya bersih juga sehat.

Menurut dia dengan bergesernya saat ini, yakni orang berwisata bersama dengan keluarga, teman dan komunitas, ini akan menjadi tantangan yang menarik ke depan, di mana konsep wisata halal ini bisa dikuatkan.

"Tinggal pekerjaan rumah yang kemudian perlu dikuatkan lagi adalah bagaimana konsep wisata halal ini melibatkan banyak pihak. terutama adalah masyarakat kelas bawah," katanya.

Baca Juga: Baru Saja Beroperasi, GKR Bendara Ajak Masyarakat Pariwisata DIY Jajal Kereta Api YIA

"Sehingga jangan sampai konsep dan pengelolaannya hanya didominasi oleh pembuat regulasi pemerintah itu sendiri ataupun korporasi besar yang memang punya modal," tambah Direktur Eksekutif National Food Security Studies, dan pernah menjadi Tenaga Ahli Menteri Pertanian (Mentan) itu.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI