Suara.com - Menjadi pengusaha bukanlah mimpi yang muluk. Duwi Wahyuni misalnya, sekarang sukses menjadi pengusaha produk kecantikan meski sebelumnya berprofesi sebagai bidan.
Perempuan 29 tahun mengaku menyenangi dunia kecantikan sejak dulu, dan memulai usaha secara kecil-kecilan. Tak disangka, usahanya kini berkembang pesat, yang dibuktikan dengan brand kosmetik BD Yuni Esteticare dan Bderma Beauty yang semakin laris.
“Jadi, awalnya nggak yang langsung membuat brand saat itu. Usaha kecil-kecilan dulu,” kenang perempuan yang juga pemilik Klinik Bderma Beauty ini di akun Instagramnya, @yunieadiwidjaya.
Hobi tersebut yang menggerakan Yuni untuk mencoba usaha kecil-kecilan produk skincare dan kosmetik di semester akhir perkuliahan kebidanannya pada 2012.
Baca Juga: 7 Kecantikan Hannah Al Rashid yang Tak Lekang Dimakan Waktu
Berbekal 11 juta hasil menyisihkan uang sakunya, ia pun menjual kepada teman-teman dan masyarakat di Samarinda. Tak terduga, barang-barang yang Yuni jual laku dan akhirnya ia putuskan untuk terus menjalani usaha kecil-kecilan sampai lulus kuliah hingga bekerja sebagai bidan di salah satu rumah sakit di Samarinda.
Usaha sampingan Yuni pun terus berkembang seiring bertambahnya pelanggan. Hal inilah mendasari keinginan membuat produk kecantikan sendiri.
Berbekal informasi dari seorang dokter di rumah sakit, Yuni akhirnya melanjutkan sekolah ilmu estetika di Surabaya. Setelah luus, ia pun memproduksi sendiri produk kecantikan krim wajah dan body lotion dengan label BD Yuni Esteticare.
Saat launching, ia mengaku termudahkan dengan database pelanggan lama waktu ia menjual skincare-kosmetiknya, sehingga memudahkan brand dan produknya diterima masyarakat Samarinda saat itu.
“Apalagi setelah punya nomor BPOM dan melakukan berbagai strategi marketing, salah satunya endorsement, alhamdulillah BD Yuni Esteticare dikenal sampai seluruh Indonesia,” terangnya,
Baca Juga: Terapi Lintah Bisa untuk Pengobatan Alternatif, Ini 5 Manfaatnya!
Saat ditanya kunci suksesnya, wanita kelahiran 10 Mei 1992 ini mengaku karena sudah passion di bidang kecantikan dan estetika, khususnya di produk skincare dan kosmetik. Sehingga membuatnya semangat dalam bekerja dan tidak mudah menyerah bila ada masalah.
“Karena namanya bisnis, itu banyak tantangannya. Kaya saya waktu ditegur BPOM (Badan Pengelola Obat dan Makanan), di mana produk saya harus punya izin BPOM itu bikin saya down. Saya nggak tahu waktu itu, kalau (menjual produk skincare) harus ada teregistrasi di BPOM. Tapi karena memang passion di bidang ini, saya jalani. Nggak berhenti,” ungkap Yuni.
Semangat untuk Berdayakan Perempuan
Bukan sekadar mencari untung, semangat usaha Yuni juga berasal dari keinginannya membantu sesama perempuan. Dengan adanya program reseller dan agen yang Yuni ciptakan, rupanya berdampak pada terbukanya lapangan kerja dan bisa memberdayakan perempuan. Saat ini Yuni sudah punya 46 reseller di seluruh Indonesia dan tiga agen di Jakarta, Surabaya, dan Berau.
“Dan itu semua perempuan dan mereka sudah merasakan manfaatnya. Sampai-sampai ada yang bisa beli rumah dari sana,” kata Yuni.
Lebih dalam, ia menjelaskan bahwa bisnis skincare tak hanya menjual produk agar laku dan untung. Tapi bagaimana para konsumen bisa repeat order. Oleh karenanya, ia selalu mementingkan kualitas pada produknya.
“Nah, kalau dicek produk saya itu saya hanya pakai produk premium dan aman. Agar hasilnya bagus. Dan konsumen puas lalu repeat order lagi yang akhirnya reseller-agen senang. Inilah yang membuat BD Yuni Esteticare berkembang saat ini, dan bahkan menopang semua bisnis-bisnis lain yang ada sekarang,” kata Yuni yang baru saja me-launching bisnis coffee shop yang bernama Success Coffee ini
Dan di tengah kondisi pandemi saat ini, ia mengaku tetap optimis produknya, yaitu BD Yuni Esteticare dan Bderma Beauty, bakal diterima baik masyarakat Samarinda dan masyarakat Indonesia. Itu karena produk skincare sudah jadi barang pokok bagi para wanita dan demand-nya tidak berkurang. Hanya saja cara transaksinya berubah menjadi online. Alhasil, strategi marketingnya saja yang harus difokuskan ke digital.
“Saya optimis. Karena saya lihat yang berubah cara membelinya saja yang menjadi online. Dulu, di awal pandemi memang penjualan sempat turun sampai 50%. Tapi, kalau sekarang, alhamdulillah, sudah stabil,” tutupnya.