Mal dengan Konsep Terbuka Semakin Diminati di Tengah Pandemi

Vania Rossa Suara.Com
Kamis, 26 Agustus 2021 | 20:54 WIB
Mal dengan Konsep Terbuka Semakin Diminati di Tengah Pandemi
Mal ASHTA di kawasan SCBD. (Dok: Instagram/ashtadistrict8)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sepinya mal atau pusat perbelanjaan di tengah pandemi perlu disiasti oleh para pengelola. Selain sebagai tempat belanja, mal harus menawarkan fungsi lain agar tetap diminati masyarakat yang terbiasa belanja online selama pandemi Covid-19.

Hal ini dikatakan Alphonzus Widjaja, Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI), dalam webinar "Marketeers Goes to Mall Episode Episode 5, Navigating Lifestyle F&B Business Beyond Pandemic", Kamis (26/8/2021). Ia mencontohkan pusat belanja ASHTA di kawasan SCBD, Jakarta, yang viral karena punya sudut-sudut menarik yang jadi tempat favorit untuk berfoto dan akhirnya dibagikan di media sosial.

"ASHTA, menurut saya pribadi, fungsi belanjanya nomor dua, fungsi nomor satu adalah yang membuat ASHTA jadi begitu happening pada awal pertama hadir, saya yakin customer saat datang ke sana bukan buat belanja," kata Alphonzus lagi, seperti dikutip dari Antara.

Langkah mencari fungsi baru yang bakal menarik konsumen ini menjadi tantangan bagi pengelola pusat perbelanjaan lainnya. Kreativitas untuk membuat terobosan baru diuji, terlebih konsep yang baru butuh waktu untuk bisa diterima oleh konsumen.

Baca Juga: Para Pekerja Telah Vaksinasi, Pengelola Mal di Kota Malang Siap Jalankan Prokes

Meski begitu, ia yakin bila pengelola pusat belanja bisa konsisten, kerja keras itu akan terbayar. Ia juga mencontohkan sebuah mal di BSD yang punya konsep luar ruangan lengkap dengan danau sebagai salah satu pionir yang berani menawarkan konsep baru. Ketika mulai berdiri, pusat belanja itu tidak serta merta menuai kesuksesan.

"Dulu orang takut dengan konsep outdoor. (Kini sukses) walau tiga tahun pertama 'berdarah-darah' karena butuh waktu lama untuk memperkenalkan konsep baru, yang penting terus usaha dan konsisten," katanya.

Dalam kesempatan yang sama, David Hilman, Chief Operating Officer Agung Sedayu Realestat Indonesia, mengulas pentingnya menerapkan diferensiasi dan memahami perilaku konsumen sebagai strategi bertahan di masa krisis.

Dia menjelaskan tantangan yang dihadapi oleh mal ASHTA. Lokasinya yang dikelilingi oleh pusat belanja ikonik Jakarta lainnya yang sudah lama dikenal oleh masyarakat, membuat mal ini harus menawarkan sesuatu yang baru, unik, dan kreatif.

"Kita memilih arahnya ke lifestyle yang difokuskan pada what matters ke orang-orang yang tinggal di daerah situ, lebih ke orang-orang yang environmentally responsible," jelas David.

Baca Juga: Respons Warga Lampung Jika Aturan Masuk Mal Gunakan Aplikasi PeduliLindungi

Maka, terciptalah mal ASHTA yang menawarkan pemandangan hijau yang menyegarkan mata, yang membuat pengunjung serasa di luar ruangan, tapi dalam lindungan pendingin udara.

Restoran dan toko di mal tersebut juga dipilih secara seksama, melewati kurasi ketat agar jadi daya tarik konsumen. Kafe atau restoran yang baru hadir di Indonesia mereka gandeng agar membuka gerai pertama di sana.

Untuk fesyen, toko fesyen independen yang kualitasnya mumpuni dipilih agar pengunjung bisa membeli produk lokal dengan kualitas global.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI