Suara.com - Finlandia dikenal sebagai negara yang mengutamakan hak setiap orang, termasuk untuk mendapatkan pendidikan. Sistem pendidikan Finlandia juga terkenal mengupayakan untuk belajar sampai akhir hayat.
Hal ini coba diungkap lewat buku berjudul Sistem Pendidikan Finlandia: Catatan dan Pengalaman Seorang Ibu, yang ditulis oleh Ratih D. Adiputri. Bagaimana sistem pendidikan di Indonesia?
Ia mengaku bahwa sistem pendidikan di Finlandia hampir sama dan mirip dengan sistem tradisional Indonesia.
“Buku yang saya tulis ini sebenarnya hampir sama dengan sistem pendidikan di Indonesia. Dan itu masih tradisional, mulai dari percaya dengan gurunya hingga belajar di kelas,” ungkapnya dalam acara "Sekolah Masa Depan ala Finlandia", Selasa (24/8/2021).
Baca Juga: Dinas Pendidikan Pekanbaru akan Usulkan Sekolah Tatap Muka Dibuka
Selain itu, menurut Ratih, sistem pendidikan di Finlandia bukan hanya soal sekolah tapi juga memperhatikan karakter anak.
“Dan ini benar-benar dijalankan di sana. Jadi kelihatan sekali anak-anak bedanya apa, dan itu dilihat satu per satu,” lanjutnya.
Pada kesempatan yang sama, menurut penulis buku “Teach Like Finland” Adinto. F Susanto, sistem pendidikan di Finlandia justru terlihat sederhana. Bahkan, pendidikan ala Finlandia juga menjamin perkembangan jiwa anak serta kognitif.
“Jadi ini sama-sama terukur, dan ini yang menurut saya sangat penting. Seharusnya di Indonesia seperti itu,” ucapnya.
Sisi lain, Ratih sering mendengar bahwa sistem pendidikan Finlandia mengikuti pola pikir Ki Hajar Dewantara.
Baca Juga: Profil Percha Leanpuri, Putri Gubernur Sumatera Selatan Tutup Usia
“Sering dibilang begitu, padahal kalau di Finlandia sendiri tidak mengetahui ada founding father nya. Kalau di Indonesia punya founding father, kenapa tidak kita ikutin, ya kan?” ungkapnya.
“Sebenarnya pendidikan memang perannya buat masa depan anak secara mandiri. Tapi kan ada perkembangan jiwa dan juga kebudayaan. Seperti interaksi dengan sesama dan lingkungan misalnya,” tambahnya.
Selain itu, Ratih mengatakan sekolah tidak hanya menyediakan pembelajaran seperti Matematika dan literasi saja. Melainkan perlu pelajaran olahraga, moralitas, kreativitas, musik, hingga kerajinan tangan.
“Jadi semuanya dibuka di sini, dan itu tidak ada di Indonesia,” pungkasnya.