Tak Hanya Modis, Anak Muda Dituntut Kembangkan Fashion Berkelanjutan Ramah Lingkungan

Bimo Aria Fundrika Suara.Com
Kamis, 19 Agustus 2021 | 10:45 WIB
Tak Hanya Modis, Anak Muda Dituntut Kembangkan Fashion Berkelanjutan Ramah Lingkungan
Tak Hanya Modis, Anak Muda Dituntut Kembangkan Fashion Berkelanjutan Ramah Lingkungan. (Dok: Istimewa)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Tampil modis dan ramah lingkungan seringkali dianggap sebagai suatu yang bertentangan dan bertolak belakang. Padahal, keduanya bisa berpadu dan berdampingan.

Bulan ini sekelompok perajin muda dari seluruh Indonesia menunjukkan bagaimana kedua hal tersebut berjalan beriringan.

"Kreativitas adalah tentang menggabungkan disiplin dan ide yang ada dengan sentuhan tak terduga. Wirausaha muda di Indonesia melakukan hal tersebut dengan menghembuskan kehidupan baru pada wastra tradisional, dan menjadikan fesyen sebagai agen pembangunan lokal," kata Moe Chiba, Programme Specialist for Culture UNESCO Jakarta.

Seperti diketahui, industri fashion global sedang berada di bawah pengawasan yang makin ketat atas praktik-praktik tidak ramah lingkungan dan kondisi tenaga kerja eksploitatif.

Tak Hanya Modis, Anak Muda Dituntut Kembangkan Fashion Berkelanjutan Ramah Lingkungan. (Dok: Istimewa)
Tak Hanya Modis, Anak Muda Dituntut Kembangkan Fashion Berkelanjutan Ramah Lingkungan. (Dok: Istimewa)

Dengan latar belakang ini wirausaha muda di Indonesia menemukan cara memastikan fesyen selaras dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals): dengan mengangkat warisan budaya, memanfaatkan pewarna alami, serta mendukung inklusi keuangan perempuan dan pendapatan keluarga.

Sementara itu Indonesia sendiri merupakan salah satu produsen tekstil terbesar dunia dan industri fesyen memperkerjakan sekitar 3,7 juta penduduk Indonesia.

"Seiring usaha kita untuk pulih dari pandemi COVID-19, inovasi yang diinisiasi kaum muda sangat penting untuk membangun industri fesyen yang lebih berkelanjutan dan inklusif," jelas Valerie Julliand, Kepala Perwakilan PBB di Indonesia.

Menurut Badan Pusat Statistik Indonesia, hampir seperempat penduduk Indonesia terdiri dari kaum muda berusia antara 16 dan 24 tahun—atau sekitar 64,5 juta penduduk. Mereka inilah kelak di tahun 2030, akan menjadi tenaga kerja utama di Indonesia.

Bagi Nina Penenun, kelompok penenun dari Lombok Timur yang anggotanya merupakan penerima manfaat dari proyek UNESCO, perwujudan fesyen berkelanjutan lebih dari sekadar mempromosikan praktik yang ramah lingkungan seperti misalnya pewarnaan alami.

Baca Juga: Sambut Hari Kemerdekaan, Brand Fashion Lokal Ini Hadirkan Koleksi Spesial

“Kelompok Nina Penenun juga menerapkan pendekatan fashion zero-waste dengan memberdayakan lansia untuk mengolah benang-benang sisa tenun menjadi selendang yang kami sebut Rerempek. Dari sisi ekonomi, kelompok kami juga telah berhasil membebaskan warga yang rentan dari rentenir,” kata Dewi Handayani, salah satu anggota kelompok yang bekerja di Desa Pringgasela, Kabupaten Lombok Timur.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI