Suara.com - Tepat hari ini Indonesia merayakan Hari Kemerdekaan atau HUT RI ke-76. Di balik usia lebih dari tiga perempat abad ini, sudahkah kita tahu siapa saja tokoh nasional proklamasi kemerdekaan Indonesia?
Kebanyakan masyarakat Indonesia cenderung lebih mengenal Ir. Soekarno dan Moh. Hatta sebagai proklamator Indonesia. Tapi ada juga nama Sutan Sjahrir dan Achmad Soebardjo yang jasanya tidak kalah besar bagi kemerdekaan Indonesia.
Mengutip Ruang Guru, Selasa (17/8/2021) berikut profil 4 tokoh nasional proklamasi kemerdekaan Indonesia.
1. Ir. Soekarno
Baca Juga: HUT ke-76 RI, Kalimantan Barat Diprediksi Hujan Lebat Disertai Angin
Sosok besar yang namanya sudah tidak asing, Soekarno adalah presiden pertama Indonesia. Lahir di Surabaya, 6 Juni 1901. Soekarno yang lebih akrab disapa Bung Karno punya banyak peran di bidang politik sejak masa pergerakan nasional hingga masa kemerdekaan.
Setelah pernah diasingkan sementara, Soekarno didesak oleh golongan muda agar segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Saat itu, dua kota di Jepang, yaitu Hiroshima dan Nagasaki baru saja dibom oleh Sekutu (Amerika Serikat).
Oleh karena itu, menurut pengamatan golongan muda, saat itu merupakan saat yang tepat untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Para golongan muda akhirnya memindahkan Soekarno dan Moh. Hatta ke Rengasdengklok pada 16 Agustus 1945.
Keesokan harinya, tepat pada 17 Agustus 1945 pukul 10:00 WIB, meski dalam keadaan sakit, Soekarno dengan suara lantang membacakan teks proklamasi yang merupakan tanda Indonesia telah merdeka.
Soekarno wafat pada tanggal 21 Juni 1970. Bung Karno dikukuhkan sebagai Pahlawan Proklamator berdasarkan Keputusan Presiden No. 081/TK/1986 tanggal 23 Oktober 1986. Di tahun 2012, Soekarno juga dikukuhkan sebagai Pahlawan Nasional berdasarkan Keputusan Presiden No. 83/2012.
Baca Juga: Kisah Heroik Operasi Dwikora Kopral Soetoyo Tahun 1963-1966 di Kaltim
2. Moh. Hatta
Moh. Hatta dianggap sebagai pasangan emas Bung Karno dalam membangun negara. Bernama lengkap Moh. Hatta ialah Mohammad Hatta, lahir di Bukittinggi, Sumatera Barat pada 12 Agustus 1902.
Sama seperti Soekarno, Moh. Hatta juga “diamankan” ke Rengasdengklok pada 16 Agustus 1945 untuk merumuskan proklamasi.
Pada 17 Agustus, tepat sebelum membacakan teks proklamasi, Moh. Hatta datang menghampiri Soekarno yang sedang demam kala itu. Ia datang memberikan dukungan kepada Soekarno supaya bisa bersama-sama segera memproklamasikan kemerdekaan.
Selain dikenal sebagai proklamator, beliau dikenal sebagai seorang yang setia dan rela berkorban. Terdapat fakta menarik saat itu, yakni Moh. Hatta pernah bersumpah tidak akan menikah sebelum Indonesia merdeka.
Moh. Hatta wafat pada 14 Maret 1980. Sebagaimana amanatnya yang ingin dimakamkan di tengah-tengah rakyat. Jenazah Moh. Hatta dimakamkan di pemakaman umum Tanah Kusir, Jakarta Selatan.
Pemerintah Republik Indonesia menganugerahi Moh. Hatta gelar Pahlawan Proklamator berdasarkan Surat Keputusan Presiden RI No.081/TK/1986, tanggal 23 Oktober 1986 dan juga dikukuhkan sebagai Pahlawan Nasional berdasarkan Keputusan Presiden No. 84/2012.
3. Sutan Sjahrir
Salah satu golongan muda yang merencanakan pengasingan sementara Soekarno dan Moh. Hatta ke Rengasdengklok adalah Sutan Sjahrir. Lahir di Padang Panjang, Sumatera Barat pada 5 Maret 1909 ini memiliki intelektual tinggi dalam pergerakan nasional.
Sjahrir menjabat sebagai pemimpin gerakan bawah tanah, mendapatkan kabar dari radio luar negeri bahwa Jepang sudah menyerah tanpa syarat kepada sekutu setelah pengeboman Hiroshima dan Nagasaki.
Setelah mendengar berita tersebut, Sjahrir dengan cepat menyampaikan berita tersebut ke Moh. Hatta. Sayang, saat itu Hatta tidak percaya berita tersebut, dan ingin menunggu kepastian tentang kekalahan Jepang.
Wajar saja, saat itu Moh. Hatta baru tiba dari Dalat, Vietnam, dan Sjahrir langsung memberitahu. Sjahrir yang kecewa berkoordinasi dengan para pemuda untuk mengamankan Soekarno dan Moh. Hatta ke Rengasdengklok.
Alasan Sjahrir memilih Rengasdengklok karena daerah Karawang merupakan tempat yang aman dari pengaruh Jepang, agar Soekarno dan Moh. Hatta bisa fokus menyusun proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia.
4. Achmad Soebardjo
Diplomat yang lahir pada 23 Maret 1896 di Teluk Jambe, Karawang ini merupakan penengah dari perbedaan pandangan golongan tua dan golongan muda tentang proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Golongan muda itu kan ingin Soekarno dan Moh. Hatta segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia, sedangkan golongan tua ingin menunggu dengan sabar menunggu kebenaran kekalahan Jepang.
Saat itu Achmad Soebardjo yang tahu jika Soekarno dan Moh. Hatta sedang berunding di Rengasdengklok dengan para pemuda, langsung menemui dan ingin membawa Soekarno dan Moh. Hatta kembali ke Jakarta.
Achmad Soebardjo di depan para pemuda mengatakan, "Saya menjamin bahwa tanggal 17 Agustus 1945 akan terjadi proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia. Kalau saudara-saudara ragu, nyawa sayalah yang jadi taruhannya,"
Dari sanalah para golongan muda dan tua yakin jika 17 Agustus 1945 akan dilaksanakan proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Achmad Soebardjo wafat di Jakarta pada 15 Desember 1978. Atas jasa-jasanya pada Indonesia, Pemerintah RI menganugerahi gelar Pahlawan Nasional berdasarkan Keputusan Presiden RI Nomor : 058/TK/Tahun 2009 tanggal 6 November 2009.