Suara.com - Tak mudah bagi bisnis handycraft dan souvenir untuk bertahan di tengah pandemi. Kondisi sulit ini membuat masyarakat lebih hati-hati dalam mengalokasikan uang. Membeli souvenir, apalagi mengirimkan hadiah untuk orang lain, bukanlah prioritas di tengah masa pandemi ini.
Kondisi sulit inilah yang dihadapi oleh Ni Luh Komang Novia Paramitha, pemilik usaha KAMI handycraft yang berlokasi di Lombok, Nusa Tenggara Barat.
Produk KAMI handycraft terdiri dari buket bunga yang terbuat dari kertas, bisa juga yang terbuat dari uang, gift frame, hampers untuk baby born atau wedding, dan juga keperluan lainnya sebagai hadiah atau souvenir.
Saat mengawali bisnis kriya, Novia menjalankan segalanya seorang diri, dari mulai otodidak belajar paper hand craft, pemasaran, menjadi admin untuk melayani pelanggan, hingga mengatur keuangan. Setelah kewalahan sendiri, ia pun memiliki dua karyawan lain untuk membantu proses produksi dan sosial media.
Baca Juga: Optimis UMKM Indonesia Tembus Pasar Digital, Ralali Hadirkan Solusi
Pandemi di tahun 2020 menjadi titik terberatnya selama menjalankan usaha. Pada saat itu omzetnya menurun drastis, bahkan bisa dibilang tidak ada pemasukan sama sekali. Padahal, ia harus tetap bertanggung jawab terhadap gaji karyawannya.
“Saya rasa tidak ada UMKM yang memiliki persiapan untuk menghadapi pandemi, semuanya terasa begitu tiba-tiba dan berat. Tidak ada jalan untuk mencapai market saya sebelumnya, karena mereka saat itu lebih memprioritaskan alokasi keuangan untuk kebutuhan pokok dan darurat, bukan untuk hura-hura, apalagi membeli hadiah untuk orang lain,” ungkap wanita berusia 26 tahun ini, saat berbicara di webinar daring bersama Google dalam rangka Hari UMKM Nasional beberapa waktu lalu.
Novia pun memutar otak untuk bisa kembali menjangkau marketnya. Karena di masa pandemi ini orang-orang lebih menghabiskan waktu di dunia maya, ia pun mengikuti berbagai pelatihan digital marketing bagi UMKM dari Google, seperti Gapura Digital dan Women Will, hingga yang terbaru pelatihan Dukung UMKM Indonesia Timur yang diinisiasi oleh Google bersama Kementerian Perdagangan.
Di program Dukung UMKM Indonesia Timur, Novia belajar bagaimana cara melakukan pemasaran secara digital dengan memanfaatkan fitur-fitur pemasaran yang bisa digunakan secara gratis dari Google. Seperti di Google My Business, Novia mengoptimalkan postingan foto-foto yang menarik, kemudian meminta para customer untuk memberikan review untuk meningkatkan kepercayaan calon customer.
Hasilnya, akun GMB KAMI handycraft mendapatkan 5 bintang dari 26 reviews. Akunnya pun dilengkapi dengan mencantumkan alamat rukonya di Google Maps dan membuat laman business site.
Baca Juga: Berikut Dukungan Nyata Pekerja BRI terhadap Pelaku Usaha di Hari UMKM Nasional
Kemudian Novia juga belajar menggunakan Google Ads. Tujuannya, ketika orang mencari hadiah di Lombok pada laman Google Search, produknya bisa tampil lebih awal.
Pada sesi mentoring Dukung UMKM Indonesia Timur, Novia mendapat ilmu pemasaran di era pandemi, yaitu pemasaran tidak langsung dengan memberi sugesti apa yang harus customer beli di era pandemi. Novia pun menyesuaikan hampersnya dengan menyediakan paket isoman yang berisi obat-obatan dan corona safety kit, agar para customer yang stay at home tetap bisa bersilaturahmi.
“Setelah belajar, praktik, dan evaluasi, akhirnya kami mencapai omzet dua kali lipat dibandingkan sebelum pandemi,” pungkas Novia.