Mitos Malam 1 Suro dan Bedanya dengan 1 Muharram

Rifan Aditya Suara.Com
Rabu, 11 Agustus 2021 | 15:31 WIB
Mitos Malam 1 Suro dan Bedanya dengan 1 Muharram
Mitos Malam 1 Suro dan Bedanya dengan 1 Muharram - Kerbau bule diarak saat kirab malam 1 Sura yang diselenggarakan Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat di Jl. Mayor Kusmanto, Solo, Kamis (21/9 - 2017) malam. (Solopos/M. Ferri Setiawan)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Mitos yang kedua adalah dilarang untuk melakukan pernikahan pada malam 1 Suro. Meskipun hal ini masih dianggap mitos belaka namun tidak sedikit orang yang mempercayai hal ini. Konon katanya ketika menggelar pernikahan pada malam 1 Suro konon akan tertimpa sial.

3.       Larangan Melakukan Pindah Rumah

Masyarakat Jawa juga mempercayai melakukan pindah rumah ketika malam 1 Suro adalah hal yang pamali untuk dilakukan. Umumnya untuk melakukan hal-hal tertentu akan melihat pertimbangan berdasarkan kalender primbon.

4.       Tapa Bisu

Ritual ini merupakan ritual yang paling ikonik ketika malam 1 Suro berlangsung, dalam kepercayaan budaya Jawa. Ritual ini dijalankan dengan cara melakukan puasa bicara sembari mengelilingi benteng keraton Yogyakarta, saat menjalani sesi ini anda dilarang untuk makan, minum dan merokok.

Lantas mengapa hari 1 Suro tersebut dianggap istimewa? Apa bedanya dengan 1 Muharram? Adakah kaitannya dengan hal mistis? Di bawah adalah ulasan tentang perbedaan malam 1 Suro dengan 1 Muharam.

Perbedaan 1 Suro dengan 1 Muharram

Sebenarnya perbedaan mendasar yang terjadi antara malam 1 Suro dan 1 Muharram adalah soal kepercayaan. Meskipun keduanya merupakan hari istimewa yang jatuh di tanggal yang sama tapi tradisi dan cara orang merayakannya berbeda.

Malam 1 Suro adalah penanggalan yang dipercaya oleh masyarakat Jawa dalam artian kebudayaan Jawa. Sementara 1 Muharram menganut kalender Hijriyah, sistem penanggalan yang dipercaya umat Islam.

Baca Juga: PA 212 Geram Libur 1 Muharram Diundur: Menag Bikin Gaduh, Tak Paham Agama

Dikutip dari Misteri Bulan Suro: Perspektif Islam Jawa (2010) karya Muhammad Solikhin, kata “Suro” sendiri berasal dari bahasa Arab “Asyura” yang artinya sepuluh. Padahal dalam penanggalan Islam, Asyura adalah hari ke sepuluh pada bulan Muharram.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI