Suara.com - Cuaca kerap tidak menentu, bisa terik di siang hari lalu tiba-tiba hujan lebat di malam hari. Fenomena ini sering disebut dengan siklon tropis, yang kerap dialami negara beriklim tropis seperti Indonesia.
Fenomena ini bisa menyebabkan banjir bandang dan tanah longsor, dari cuaca terik yang tiba-tiba berubah menjadi hujan deras, yang bisa datang dalam bentuk badai.
Mengutip Ruang Guru, Rabu (11/8/2021) siklon tropis adalah badai berkekuatan besar dengan radius atau jangkauan rata-rata mencapai 150 hingga 200 kilometer.
Siklon ini terbentuk di atas lautan luas yang mempunyai suhu permukaan laut hangat, lebih dari 26,5 derajat celcius. Biasanya terjadi di wilayah perairan Atlantik Barat, Pasifik Timur dan Selatan, Samudra Hindia, serta Australia.
Baca Juga: Bikin Merinding, Pria Terkurung di Mobil dan Pasrah saat Banjir Dahsyat Terjang Jalanan
Siklon tropis berbentuk spiral yang di dalamnya terdapat aktivitas awan, angin, dan badai petir. Angin kencang yang berputar di dekat pusatnya mempunyai kecepatan lebih dari 63 kilometer per jam.
Umumnya, masa hidup siklon tropis berkisar antara 3 sampai 18 hari. Siklon tropis akan melemah dan hilang saat bergerak memasuki wilayah perairan yang dingin atau daratan.
Proses terbentuknya siklon tropis
Seperti namanya, siklon tropis tumbuh di perairan sekitar wilayah tropis yang memiliki suhu permukaan laut hangat.
Pada awal tahap pembentukannya, suhu permukaan laut yang hangat akan menyebabkan sistem tekanan rendah di wilayah tersebut. Akibatnya, terbentuk kumpulan awan-awan konvektif (awan Cumulonimbus).
Awan-awan tersebut kemudian membentuk sabuk melingkar. Tekanan udara permukaan akan menurun mencapai kurang dari 1000 mb.
Baca Juga: Banjir dan Tanah Longsor di India, 24 Orang Tewas
Sementara itu, kecepatan angin maksimum akan meningkat hingga mencapai lebih dari 60 kilometer per jam.
Pada tahap selanjutnya, bentuk siklon tropis cenderung lebih stabil. Di pusat siklon, terbentuk suatu wilayah dengan kecepatan angin yang relatif rendah dan tanpa awan.
Wilayah ini disebut mata siklon. Mata siklon dikelilingi dengan dinding berbentuk cincin yang dapat mencapai ketebalan hingga 16 kilometer. Di wilayah ini juga terdapat kecepatan angin tertinggi dan curah hujan terbesar.
Jenis siklon tropis yang pernah terjadi di Indonesia
Di Indonesia sendiri, siklon tropis pertama kali terjadi pada April 2008 di perairan barat daya Bengkulu, Samudra Hindia. Siklon ini diberi nama siklon tropis Durga, diambil dari tokoh pewayangan yang ada di Jawa.
Sejak 2008 hingga 2021, TCWC BMKG Jakarta mencatat ada 10 siklon tropis yang muncul di wilayah tanggung jawab Indonesia.
Namun bukan berarti di Indonesia hanya terjadi 10 siklon tropis, karena ada beberapa siklon tropis yang muncul di luar wilayah tanggung jawab Indonesia, tapi tetap berdampak pada Indonesia.
Contohnya di tahun 2021 ini, selain siklon tropis Seroja, ada juga siklon tropis Odette yang muncul di Samudra Hindia selatan Jawa Barat dan siklon tropis Surigae di Samudra Pasifik utara Papua.
Siklon tropis Odette dan Surigae tidak termasuk wilayah tanggung jawab Indonesia. Tapi, karena letak kemunculannya cukup berdekatan dengan wilayah Indonesia, membuat Indonesia ikut terdampak.
Kemunculan siklon tropis akan memengaruhi pertumbuhan awan hujan dan peningkatan kecepatan angin yang berdampak pada ketinggian gelombang air laut.
Saat ini, BMKG telah memastikan siklon tropis Odette dan Surigae bergerak semakin menjauhi Indonesia. Meskipun begitu, BMKG masih terus mengimbau kepada masyarakat, khususnya yang berada di sekitaran pantai agar selalu waspada.
Penamaan siklon tropis di Indonesia selanjutnya diambil dari nama-nama bunga dan buah. Penamaan siklon tropis, awal mulanya disepakati sejak terbentuknya TCWC Jakarta pada 2008.
Tujuannya untuk membantu publik dalam mengidentifikasi kehadiran badai dengan cepat, serta membantu media memberitakan keberadaan siklon tropis tersebut.