Suara.com - Penulis: Farahdibha Tenrilemba S.S., M.Kes (Wakil Ketua Umum Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI), Mahasiswa S3 Fakultas Ekologi Manusia IPB, Dosen Kesehatan Masyarakat Universitas Respati Indonesia)
Bagi Anda para ibu menyusui di seluruh dunia, selamat merayakan Pekan Menyusui Dunia yang diperingati setiap tanggal 1-7 Agustus setiap tahunnya.
Meski pandemi Covid-19 tengah melanda kita semua dan telah menjadi tantangan global selama satu setengah tahun terakhir ini, World Alliance for Breastfeeding Action (WABA) menyebut, bahwa menyusui tetaplah berkontribusi pada penyediaan gizi yang baik dan ketahanan pangan dalam situasi normal maupun darurat.
Itu sebabnya, Pekan Menyusui Dunia 2021 mengambil tema 'Perlindungan Menyusui Tanggung Jawab Bersama'.
Baca Juga: Pekan Menyusui Dunia: Kesuksesan Menyusui Bukan Hanya Tanggung Jawab Ibu
WHO dan UNICEF sepakat bahwa menyusui merupakan fondasi kehidupan dan sangat berkontribusi pada kesehatan jangka pendek dan jangka panjang bagi bayi.
ASI merupakan makanan ideal untuk bayi karena aman, bersih, serta mengandung antibodi untuk melindungi dari berbagai penyakit.
ASI juga mengandung energi dan nutrisi yang dibutuhkan bayi di bulan-bulan pertamanya kehidupannya. Pada usia 6 bulan, ketika bayi mulai mengonsumsi makanan pendamping ASI, ia masih akan terus menyusu hingga berusia 2 tahun.
Secara kodrati, hampir semua ibu baru melahirkan pasti ingin menyusui bayinya. Namun, beberapa ibu mungkin saja tidak berhasil menyusui, karena beberapa hal berikut:
- Tempat persalinannya langsung memisahkan si ibu dengan bayi padahal bayinya lahir dalam keadaan sehat, dan si ibu pun sehat. Bayi seharusnya diberi kesempatan untuk melakukan inisiasi menyusu dini (IMD), yaitu diletakkan di dada ibu selama 60 menit untuk menemukan payudara ibunya lalu menyusu.
- Petugas kesehatan tidak mengajarkan cara menyusui yang tepat, sehingga ibu baru kesulitan dan tidak tahu harus bagaimana. Bayi menangis pun diberi pengganti ASI tanpa persetujuan dari orangtua si bayi.
- Ketika pulang ke rumah, bayi menjadi rewel sementara ibu masih kelelahan dan ayah tidak tahu harus membantu apa agar istrinya bisa menyusui. Solusinya kemudian memberikan susu formula sebagai pengganti ASI.
- Iklan dan promosi susu formula merajalela di TV, radio, media sosial, platform video, platform chat, ditelepon oleh marketing, bahkan dari tempat persalinan diberikan paket dari produk pengganti ASI, serta paket promo yang tertera di hampir seluruh warung, toko, dan pasar swalayan.
- Ketika si ibu kembali bekerja, ibu kesulitan memerah ASI karena tidak ada ruangan khusus. Ibu bekerja tidak mendapat kesempatan waktu ekstra di luar jam istirahat makan siang untuk memerah ASI.
- Cuti maternitas 3 bulan harus dibagi sebelum dan sesudah melahirkan, sehingga praktik menyusui menjadi terhambat dan sulit mencapai menyusui eksklusif 6 bulan.
- Cuti untuk ayah dalam mendampingi istri setelah melahirkan dinilai kurang lama sehingga ayah harus kembali bekerja dan meninggalkan istrinya yang masih pemulihan setelah persalinan dan masih belajar beradaptasi dengan adanya bayi.
Penelitian menyebut bahwa keberhasilan ibu menyusui terletak pada lingkungan di sekitarnya, yaitu keluarga, sistem kesehatan, tempat kerja, dan seluruh kebijakan yang menyelimutinya.
Baca Juga: Ibu Hamil Vaksin Covid-19 Apa Boleh? Ini Jenis Vaksin yang Diperbolehkan
Elemen-elemen inilah yang merupakan kunci dari penciptaan lingkungan yang mendukung ibu menyusui. Dan kita semua memiliki peran dalam memberikan dukungan dan perlindungan bagi ibu, sehingga sukses menyusui.
Inilah makna dibalik tema Pekan Menyusui Dunia 2021, yaitu Perlindungan Menyusui Tanggung Jawab Bersama.
Lalu, dukungan seperti apa yang bisa dilakukan oleh kita sebagai masyarakat?
1. Pemerintah
Pemerintah diharapkan memperkuat regulasi dan kebijakan yang telah berlaku, karena masih banyak regulasi terkait menyusui dan Pemberian Makan Bayi Anak (PMBA) tidak mengadopsi isi Kode Internasional Pemasaran Pengganti ASI yang menjadi rekomendasi global untuk penegakan perlindungan menyusui.
Selain itu, regulasi dan kebijakan yang ada juga tidak disosialisasikan dan diimplementasikan secara tepat, sehingga tidak mampu melindungi ibu dari bombardir iklan dan promosi produk pengganti ASI, tidak cukup kuat melindungi para ibu menyusui yang bekerja, serta tidak mampu mendorong diterapkannya 10 Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui (10 LMKM) dan Rumah Sakit Ramah Bayi pada sistem kesehatan di Indonesia.
2. Sistem Kesehatan
Sistem kesehatan diharapkan memiliki jajaran petugas kesehatan yang memahami manajemen dan konseling menyusui sehingga dapat memberikan bantuan teknis kepada seluruh ibu, karena menyusui ada caranya dan cara tersebut perlu dipelajari.
Selain itu manajemen faskes dan petugas kesehatan selayaknya menghindari konflik kepentingan dengan berhenti menerima sponsor dari industri perusahaan pengganti ASI dan mengakhiri memberikan kesempatan pada perusahaan pengganti ASI melakukan promosi produk pengganti ASI terhadap para pasiennya.
3. Lingkungan Tempat Kerja
Lingkungan tempat kerja dan para pihak pemberi kerja, pengusaha, serikat pekerja menyediakan fasilitas ruangan untuk menyusui dan memerah ASI di tempat kerja.
Pihak manajemen perusahaan juga harus memberikan kesempatan kepada pekerja perempuan kesempatan untuk memerah ASI di luar jam istirahat makan siang.
Selain itu, memberikan keleluasaan cuti yang lebih panjang setelah masa persalinan, tanpa juga lupa memberikan cuti bagi ayah yang lebih lama untuk mendampingi istrinya saat dan sesudah melahirkan.
4. Di tingkat Masyarakat
Keluarga, komunitas orangtua/kesehatan/pengasuhan, media, serta seluruh elemen masyarakat diharapkan dapat mendukung terciptanya lingkungan yang ramah menyusui.
Bagi keluarga, terkhusus kepada para suami, diharapkan mengedukasi diri dengan ilmu manajemen laktasi ketika istri masih mengandung sehingga terbayang dukungan yang bisa diberikan.
Istri pun lebih leluasa mengkomunikasikan harapan dan keinginan dari ayah kepada anaknya.
5. Media
Media diharapkan memberikan informasi yang tepat tanpa embel-embel pesanan promosi produk pengganti ASI.
Tak hanya itu, seluruh elemen masyarakat bersama-sama juga melakukan pengawasan dan melaporkan setiap pelanggaran Kode Internasional pemasaran pengganti ASI yang dapat dijadikan bukti atas masifnya pengaruh dari promosi pengganti ASI yang dapat mengacaukan pengambilan keputusan orangtua dalam pemberian makan bayi atau anak.
Terkhusus pada situasi Pandemi Covid-19, pedoman terbaru Kementerian Kesehatan yang disesuaikan dengan rekomendasi WHO menyepakati bahwa pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan menyusui tetap dapat dipraktikkan tanpa memandang status Covid-19.
Namun, pelaksanaan di lapangan masih banyak yang kontradiktif, yaitu dipisahkannya ibu dan bayi sehingga tidak diberikan akses untuk menyusui selama di tempat bersalin.
Menyusui pada ibu yang terkonfirmasi Covid-19 dapat terus berlangsung selama ibu menerapkan protokol kesehatan. Jika harus terpisah, maka ibu dapat memerah ASI untuk menjaga produksi, dan bayi diberikan ASI perah menggunakan wadah gelas, pipet, atau sendok.