Suara.com - Iklim kebhinekaan dan keamanan yang baik menjadi dua hal yang penting dari proses belajar mengajar di sekolah.
Hal itu coba dibuktikan lewat survei Lingkungan Belajar yang dilakukan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek).
Survei dilakukan terhadap guru dan kepala sekolah dalam Program Sekolah Penggerak, bersama Asesmen Kompetensi Miminum (AKM) Literasi dan Numerasi dan Survei Karakter.
Survei Lingkungan Belajar sendiri merupakan salah satu bagian Asesmen Nasional yang masuk dalam Episode Pertama Program Merdeka Belajar yang diluncurkan pada 2019 lalu.
Baca Juga: Program Laptop Dalam Negeri dari Kemendikbudristek Dinilai Tepat
Beberapa aspek yang dinilai secara langsung adalah aspek yang berkaitan dengan pembelajaran seperti fasilitas belajar, praktik pengajaran, refleksi guru, dan kepemimpinan kepala sekolah.
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan dan Perbukuan (Kabalitbangbuk) Kemendikbudristek, Anindito Aditomo mengatakan, selain aspek lingkungan sekolah, aspek lain seperti iklim kebinekaan sekolah dan keamanan sekolah juga menjadi hal penting.
"Bagaimana bisa belajar dengan baik kalau merasa takut atau tidak nyaman? Untuk itu kita perlu mengetahui bagaimana kondisinya supaya sekolah bisa melakukan refleksi dan perbaikan," ucap Anindito, dikutip dari siaran pers, Kamis (29/7/2021) lalu.
Anindito yang berbicara dalam acara Bincang Pendidikan ‘Persiapan Asesmen Nasional’ di Jakarta beberapa waktu lalu mengatakan, iklim kebinekaan yang baik dapat mencerminkan penerimaan dan dukungan terhadap hak-hak semua warga sekolah.
Peneriman yang baik dapat terjadi terlepas dari latar belakang gender, sosial-ekonomi, budaya, politik, agama, maupun kondisi fisik.
Baca Juga: Asesmen Nasional, Perbaikan Kualitas Pembelajaran Jadi Tujuan
Untu itu, rasa diterima dan didukung tanpa diskriminasi inilah yang menjadi prakondisi bagi pembelajaran yang berkualitas.
Selain mengukur iklim kebinekaan, survei juga mengukur iklim keamanan sekolah. Rasa aman di sekolah juga merupakan prasyarat bagi terjadinya proses pembelajaran.
Iklim keamanan sekolah mencakup indikator-indikator seperti kejadian perundungan, penggunaan narkoba, dan kekerasan di sekolah.
Di luar iklim sekolah, bagian terbesar dari Survei Lingkungan Belajar sebenarnya adalah berbagai aspek yang secara langsung terkait kualitas pembelajaran.
Ini mencakup indikator-indikator fasilitas belajar, praktik pengajaran, refleksi guru, dan kepemimpinan instruksional kepala sekolah.
Menurut Kabalitbangbuk, survei ini bertujuan menegaskan kepada guru dan kepala sekolah bahwa tujuan pembelajaran tidak semata mencakup aspek kognitif, melainkan juga sisi sosial, emosional, dan spiritual.
Dengan begitu, survei ini diharapkan menjadi bahan dan data untuk meramu berbagai strategi dan kebijakan demi mendorong sekolah dan pemerintah daerah meningkatkan kualitas pembelajaran.
Anindito menambahkan, survei tersebut tidak dipergunakan untuk menilai siswa atau bahkan menentukan kelulusan.
Sebaliknya, survei bertujuan untuk memetakan dan promosi iklim sekolah yang toleran, aman, dan mendukung pembelajaran yang baik termasuk efektivitas mengajar guru hingga kepemimpinan instruksional kepala sekolah untuk mendorong kreativitas guru.
Survei nantinya akan menghasilkan skor kolektif di tingkat sekolah dan daerah. Hasil Survei Lingkungan Belajar akan disampaikan kepada sekolah dan pemerintah daerah sebagai bahan evaluasi diri dan perencanaan untuk memperbaiki kualitas pembelajaran.
"Oleh karenanya, survei sama sekali tidak mengukur profil maupun skor individu murid, guru, atau kepala sekolah," pungkas Anindito.