Survei: 73 Persen Konsumen Siap Beralih ke Produk Kecantikan Ramah Lingkungan

Bimo Aria Fundrika Suara.Com
Rabu, 28 Juli 2021 | 16:00 WIB
Survei: 73 Persen Konsumen Siap Beralih ke Produk Kecantikan Ramah Lingkungan
Ilustrasi skincare atau produk kecantikan. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Tren di industri kecantikan kini bukan hanya soal manfaat dari suatu produk tersebut. Tapi, mulai banyak konsumen yang juga tentang kesadaran terhadap lingkungan.

Laporan Nielsen, Sustainable Shoppers: Buy the Change They Wish to See in the World menyebut, 81 persen konsumen menghendaki kontribusi perusahaan untuk memperbaiki kondisi lingkungan sekitar.

Kesadaran konsumen terhadap tanggung jawab lingkungan ini terutama di kalangan anak muda, milenial (85 persen) dan gen Z (80 persen). Lebih dari 73 persen konsumen mengatakan siap beralih ke produk-produk yang lebih ramah lingkungan dan 41 persen menyatakan lebih memilih produk-produk berbahan alami dan organik.

Brand General Manager, Garnier Indonesia, Pandu Brodjonegoro mengatakan Garnier sebagai produsen kecantikan internasional sangat memperhatikan ini. Pandu menjelaskan bahwa pihaknya bertanggungjawab untuk produk kecantikan yang diproduksi, konsumen yang menggunakan, dan bagaimana setelah produk digunakan agar tetap ramah lingkungan.

Baca Juga: Dituduh Jadi PSK Kelas Atas, Mantan Ratu Kecantikan AS Ini Diceraikan Suami

"Kami memiliki tanggungjawab ke masyarakat. Kami kampanye one green step. Kampanye pengejawantahan dari langkah kecil hijau yang bisa dilakukan seluruh elemen masyarakat agar berkontribusi terhadap lingkungan hijau," kata Pandu dalam keterangan tertulisnnya, Rabu, (28/7/2021)

Menurut Pandu, kampanye one green step adalah salah satu upaya yang dilakukan oleh pihaknya untuk mengedukasi dan mengajak konsumen secara luas agar bijak menggunakan plastik.

Peneliti di Pusat Penelitian Oseanografi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Intan Suci Nurhati mengatakan, bicara polusi laut yang paling tren adalah polusi plastik.

"Kita dengar angka, Indonesia nomor 2. Penting kita berkaca apa yang terjadi disekitar kita," kata Intan.

Ia melanjutkan, data LIPI setiap hari terdapat 8,3 ton plastik mengalir ke Teluk Jakarta. Jika dilihat, plastik merupakan sampah yang persentasi paling tinggi dibanding sampah kayu dan lainnya. Hal itu menunjukkan perlu intervensi baik kerjasama swasta maupun masyarakat.

Baca Juga: Bisa Dimakan, Ini 5 Manfaat Arang Aktif bagi Kesehatan Tubuh

Ilustrasi sampah plastik menumpuk (shutterstock)
Ilustrasi sampah plastik menumpuk (shutterstock)

"Selain sampah plastik yang mencemari laut, ada sunscreen yang membunuh terumbu karang. Sunscreen berdampak ke karang dan lumba-lumba, itu tidak terpikir. Ingin melindungi dari matahari malah terdampak ke lumba-lumba," ujar Intan.

Intan mengajak penggunaan bahan alternatif yang ramah lingkungan dan dapat diperoleh dari keanekaragaman hayati laut. Sebagai contoh bahan alternatif ramah lingkungan adalah teripang dan alga.

"Kita tetap cantik sehat dan ramah lingkungan. Be responsible consumer," kata dia.

Aktivis Lingkungan, Vanessa Budihardja Barus sepakat dengan hal itu. Ia menuturkan keprihatinan sampah plastik yang memenuhi Pantai Kuta pada Januari hingga Maret di awal tahun.

"Pantai Kuta heboh tertutup plastik, saya sedih. Januari sampai Maret enggak bisa jalan di Legian karena tertutup. Tiap tahun arus datang ke pantai itu," kata dia.

Kejadian tersebut membuat Vanessa yang juga pelatih fitnes untuk memperhatikan produk yang digunakan. Ia memprioritaskan produk yang alami, sehat, ramah lingkungan, dan berkelanjutan.

"Banyak konsumen lebih melek mengenai clean dan sustainable beauty. Karena info di sosial media, banyak konsumen memilih produk ramah lingkungan karena refleksi personality. Jika saya pilih, pilihan clean and responsible. Saya senang karena banyak konsumen melek tentang ini," pungkasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI