Tidak seperti sekarang, Olimpiade Kuno hanya boleh diikuti laki-laki, karena para perempuan bertugas untuk mengurus rumah tangga dan menjaga anak. Syarat lainnya, laki-laki itu harus seseorang yang bebas atau bukan budak, serta harus bisa berbicara bahasa Yunani.
Syarat lainnya, saat mengikutinya para laki-laki ini dilarang mengenakan pakaian, alias bertelanjang. Alasannya karena cuaca saat itu cukup panas di Yunani dan ini dilakukan sebagai pentuk apresiasi terhadap bentuk tubuh manusia.
Tidak lupa mereka mengolesi badan dengan minyak zaitun untuk menjaga kelembaban tubuh serta untuk membuatnya terlihat licin dan berotot.
Periode olimpiade digelar
Olimpiade diadakan setiap empat tahun sekali. Saat hal ini terjadi, maka gencatan senjata pada peperangan akan dilakukan. Tujuannya, agar para atlit selamat menuju tempat berlangsungnya Olimpiade dan saat kepulangannya.
Meski Olimpiade mencapai puncaknya pada abad ke-6 dan ke-5 SM (sebelum masehi), tetapi kemudian secara bertahap mengalami penurunan seiring jatuhnya Yunani ke tangan Romawi.
Setelah lebih dari 1000 tahun berlangsung, Olimpiade berakhir pada 393 M setelah seorang kaisar Theodosius I yang dikenal sebagai Kristen taat melarang penyelenggaraan Olimpiade karena dianggap sebagai bentuk penyembahan berhala.
Berkat Baron Pierre de Coubertin yang membentuk Komite Olimpiade Internasional (International Olympic Committee/IOC) pada 1894.
Setelah komite ini terbentuk, Olimpiade dihidupkan kembali di Athena, Yunani, pada 1896 yang melibatkan 241 atlit dari 14 negara. Bahkan saat Olimpiade 2016 berlangsung berhasil melibatkan lebih dari 11.000 atlit dari 205 negara.
Baca Juga: Windy Cantika Aisah: Saya Tak Menyangka Bisa Dapat Medali
Olimpiade Kuno diadakan di tempat yang sama setiap waktunya, sedangkan Olimpiade Modern diadakan di berbagai kota yang berbeda.