Suara.com - Seorang influencer TikTok baru-baru ini menjadi sorotan karena mengaku berhasil menjual cinta virtual dengan angka yang cukup fantastis. Lantas, bagaimana cara influencer ini menjual cintanya secara virtual?
Influencer bernama Marta itu menjual cintanya dalam bentuk NFT (Non-Fungible Token). Ini merupakan semacam sertifikat digital yang termasuk dalam aset kripto.
Dengan adanya NFT, sebuah karya digital bisa dipastikan keasliannya meski di internet banyak bermunculan versi duplikatnya. Karya virtual yang memiliki NFT bisa berupa foto, video, atau lainnya.
Nah, Marta mengklaim dirinya membuat NFT cinta dan berhasil menjualnya dengan harga mencapai USD 250.000 atau sekitar Rp3,6 miliar. Menurut Marta, pembeli NFT-nya belum diketahui secara pasti.
Baca Juga: Geger Influencer Dina Stars Digerebek Polisi saat Siaran Langsung di TV
"Kemarin saya menjual NFT pertama saya dengan jumlah yang luar biara. Saya tidak akan memberi tahu berapa banyak karena saya sendiri tidak percaya," kata Marta melansir The Sun, Kamis (22/7/2021).
Namun, influencer berusia 21 tahun itu kemudian memberi tahun jumlah yang dibayar oleh pembeli untuk NFT cinta miliknya. Dia pun berterima kasih kepada orang tersebut meski belum tahu siapa.
"Saya belum tahu siapa yang membelinya. Brent, kalau itu kamu, terima kasih," lanjut influencer yang diketahui juga memakai nama Marti Renti di media sosial itu.
Sementara itu, Marta diketahui menjual cinta virtualnya di sebuah platform berbayar bernama Fanadise. Platform ini biasanya menjual konten-konten eksklusif dari influencer.
Pihak Fanadise pun sudah buka suara perihal NFT cinta yang dijual oleh Marta. Mereka menegaskan bahwa pembeli NFT ini memiliki hak penuh atas cinta virtual dari Marta.
Baca Juga: Pakaian Dianggap Nyaris Bugil, Influencer Turki Dilarang Naik ke Pesawat
"Ini NFT cinta pertama yang berbasis DNA digital dari Marti Renti. Simbol dan awal era digital baru. Pemilik dari NFT Cinta Marti Renti adalah satu-satunya yang punya hak penuh atas cinta virtualnya," jelas pihak Fanadise.
Menurut laporan, Marta mengaku ingin menjadi inovator dengan melakukan hal ini. Ia juga mengklaim dirinya sebagai orang pertama yang mengubah emosi menjadi token.