Suara.com - Mindset atau cara berpikir diakronik dan sinkronik sangat penting untuk menyerap informasi agar tidak mudah termakan hoaks, dan menelan mentah-mentah informasi yang belum bisa dikonfirmasi kebenarannya.
Cara berpikir diakronik dan sinkronik juga sangat penting untuk memahami peristiwa di masa lampau atau sejarah. Namun sebenarnya apa sih cara berpikir diakronik dan sinkronik itu?
Cara berpikir diakronik
Mengutip Ruang Guru, diakronik adalah sesuatu yang melintas, melampaui, atau melalui dalam batasan-batasan waktu. Berasal dari bahasa Yunani, yaitu dia dan chronos. Dia artinya melintas, melampaui, atau melalui, sedangkan chronos artinya waktu.
Baca Juga: Tahukah Anda, Sering Berpikir Positif Baik untuk Imunitas Loh!
Cara berpikir diakronik sering dikaitkan dengan cara berpikir secara kronologis. Kronologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu chronos yang berarti waktu dan logos yang berarti ilmu atau uraian.
Sehingga kronologi adalah ilmu tentang waktu yang membantu dalam menyusun peristiwa-peristiwa sesuai dengan urutan waktu terjadinya. Kesimpulannya diakronik adalah cara berpikirnya, sedangkan kronologi adalah ilmu bantunya.
Saat seseorang berpikir secara diakronik maka ia akan mampu berpikir secara runtut, teratur, dan berkesinambungan. Ini karena diakronik menekankan pada urutan waktu kejadian. Dengan begitu kita bisa mengidentifikasi suatu masalah dengan tepat, dan bisa terhindar dari pemahaman anakronik.
Anakronik adalah menempatkan tokoh, objek, peristiwa, atau kebiasaan yang tidak sesuai dengan urutan waktunya.
Selain kronologi, di dalam diakronik juga dikenal istilah periodisasi. Periodisasi bisa digunakan untuk mengklasifikasikan peristiwa-peristiwa masa lalu secara menyeluruh.
Baca Juga: Tingkatkan Kemampuan Baca Tulis, GMB Lantik Ratusan Sosialisator Literasi
Dalam periodisasi, seseorang bisa membagi peristiwa ke dalam berbagai macam jenis atau kelompok, mulai dari sistem politik, ekonomi, kepercayaan, agama, sosial, dan budaya. Periodisasi juga bisa disebut sebagai pembabakan.
Contoh: Perkembangan sejarah antara zaman praaksara dan zaman aksara di Nusantara, salah satu aspek yang dilihat adalah budaya.
Periodisasi dapat memudahkan memahami hal-hal seperti:
- Perkembangan manusia dari waktu ke waktu.
- Kesinambungan antarperiode.
- Kemungkinan pengulangan fenomena.
- Perubahan dari periode awal hingga periode berikutnya.
Cara berpikir sinkronik adalah cara berpikir yang mengutamakan penggambaran ruang yang meluas, namun tidak terlalu memikirkan dimensi waktunya. Melalui pendekatan sinkronis, seseorang bisa menganalisa suatu peristiwa sejarah tertentu pada waktu tertentu.
Misalnya, penggambaran sosial dan politik Indonesia ketika terjadi reformasi pada tahun 1998. Penggambaran peristiwa sejarah di sini hanya menganalisis struktur dan fungsi sosial dan politik di tahun 1998 saja.
Dalam informasi dijelaskan apa yang terjadi di Indonesia pada tahun 1998, siapa saja tokoh yang terlibat, di daerah mana saja peristiwa reformasi terjadi, bagaimana dampak reformasi bagi pemerintahan dan masyarakat Indonesia, dan lain sebagainya. Sehingga yang jadi fokus adalah peristiwa, bukan urutan waktu kejadian.
Sinkronik sering digunakan dalam ilmu sosial, seperti sosiologi, politik, antropologi, ekonomi, dan ilmu-ilmu sosial lainnya.
Meski begitu, baik ilmu sejarah maupun ilmu sosial saling berkaitan. Ada kalanya ketika ingin meneliti sejarah, bisa menggunakan ilmu sosial, begitupun sebaliknya.
Contoh: Kondisi sosial dan politik Indonesia pada orde baru tahun 1966 sampai tahun 1998 yang ditulis oleh seorang ahli ilmu sosial dan politik.