Suara.com - Human interest dan street photography merupakan aliran dalam fotografi yang sangat menarik. Namun, apa beda keduanya?
Sama-sama menangkap objek yang dianggap bagus lewat lensa, menurut fotografer Timur Angin, kedua aliran fotografi ini juga juga sama-sama menampilkan model foto yang memiliki sisi kemanusiaan.
“Sama-sama menampilkan human interest, tapi lebih ke genre aja. Kalau human interest itu ada foto essay, street, dan potrait,” ungkapnya dalam acara kelas online Live More and Learn More Bank DBS Indonesia "Human Interest Photography" bersama Timur Angin, Rabu (14/7/2021).
Meski sama-sama menampilkan objek manusia, menurut Timur Angin, foto jurnalistik juga memiliki aliran human interest. Objek foto ini biasa terbit di koran maupun berita online.
Baca Juga: Suka Fotografi? Kenali Dua Hal Ini Sebelum Motret Manusia
“Jurnalistik juga human interest, kayak feature sama foto berita,” ungkapnya lebih lanjut.
Sedangkan street photography, menurutnya, adalah suatu objek yang menampilkan manusia dan jalanan. Tentunya, ini bisa dilakukan di sekitaran jalanan kota, seperti Jakarta maupun keramaian.
“Kita bisa jalan kaki di sekitaran Jakarta. Karena nggak enak banget kalau motret street photography tapi kita bawa mobil,” katanya.
Sedangkan human interest, menurutnya, merupakan objek yang perlu dilakukan lewat momen. Seperti jalan-jalan ke suatu tempat atau daerah, sehingga model fotografi ini berbeda dengan street photography.
Untuk menghasilkan karya fotografi human interest, Timur Angin mengatakan bahwa kita perlu berinteraksi dengan orang lain. Hal ini dilakukan agar seorang fotografer bisa memiliki jiwa sosial dan kepekaan terhadap lingkungan.
Baca Juga: Viral! Sosok Mbah Diseh, Model yang BTS Fotonya Ditonton 14 Juta Kali!
“Mungkin ini agak susah, tapi teman-teman harus interaksi dengan orang. Jadi sebelum berangkat motret, kita perlu juga melihat referensi,” pungkasnya.